KOMERSIAL

Minggu, 21 Agustus 2011

Bazaar Akherat : Dept. Store Gratis Buat Pemulung ...


Bismillahirrahmanirrahim
Saya berlindung kepada Allah dari sifat riya’. Amin.
1313823855272374106
Keceriaan Mereka
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi  ketika di bulan Ramadhan. Beliau juga adalah sosok nabi yang memiliki kasih sayang yang luar biasa terhadap fakir miskin.
Bahkan Beliau pernah mengucapkan suatu do’a yang menunjukkan kasih sayang Beliau terhadap kaum duafa :
Ya Allah, hidupkan aku sebagai orang miskin, dan matikan aku juga sebagai orang miskin, serta kumpulkan aku pada hari kiamat bersama-sama orang-orang miskin.
Rasanya mustahil kalau kita bisa menyamai akhlak Beliau dalam bersedekah. Sebagai umat, kita hanya bisa berusaha mengikuti amalan Beliau sesuai kemampuan kita.  Di antaranya dengan berbagi di bulan penuh berkah ini.
Itu pula yang mendasari saya untuk mengadakan acara berbagi kepada kaum duafa yang saya namai dengan “BAZAAR AKHERAT”.
Kebetulan sekali pada beberapa hari sebelum bulan Ramadhan tiba saya mendapat amanah dari kakak ipar untuk membagikan baju kepada kaum duafa. Baju yang akan dibagikan hanya untuk kaum perempuan dari bayi sampai ke ukuran dewasa terdiri dari kurang lebih 60 pakaian baru dan 40 pakaian bekas yang kondisinya masih baik. Kali ini kami memilih para pemulung yang biasa mangkal di komplek perumahan kami. Karena jumlah baju yang cukup banyak maka saya mengambil inisiatif membuat sebuah acara amal yang unik. Lain daripada yang lain.
Unik yang saya maksud bukan unik dalam arti aneh, tetapi unik yang bertujuan agar tingkat kepuasan kaum duafa yang menerima sedekah lebih tinggi dan lebih berkualitas. Kalau umumnya pemberian bingkisan/sedekah disampaikan dengan cara dibagi, kali ini saya akan memberikan suatu kesempatan yang jarang dimiliki oleh mereka, yaitu kesempatan untuk memilih baju sesuai dengan keinginan masing-masing. Para pria tentunya sangat memahami betapa senangnya kaum wanita jika mendapat kesempatan memperoleh baju sesuai dengan keinginan mereka bukan? Apalagi kaum wanitanya. Pastinya mereka lebih tahu lagi seperti apa rasanya.
Acara amal kami adakan tanggal 14 Agustus 2011 berlokasi di depan garasi. Kami mulai dengan pendataan para pemulung. Dari pendataan ini kami dapat nama 29 orang wanita dewasa dan 13 anak-anak. Alkhamdulillah. Berarti jumlah pakaian cukup.
Agar acara berjalan lancar, saya melibatkan anak, istri dan saudara yang kebetulan sedang berkunjung. Setelah semuanya siap kami segera mengundang mereka untuk hadir ke rumah kami.  Kurang lebih 10 menit kelompok pertama yang terdiri dari  3 orang dewasa dan 3 anak-anak datang. Dengan roman muka penuh keceriaan mereka segera memilih pakaian sesuai dengan keinginan masing-masing. Pakaian yang mereka pilih kemudian kami masukkan ke tas plastik dan kami berikan ke mereka. Suasananya kami buat persis seperti berbelanja di toko. Bahkan kepada mereka yang dewasa masih kami berikan “uang kembalian” sebesar Rp. 10.000,- per orang.  Nama mereka di daftar kami contreng sebagai tanda bahwa mereka sudah “berbelanja”. Kemudian secara bergantian kelompok lain berbondong-bondong berdatangan. Alkhamdulillah acara ini berjalan dengan sukses tanpa ada halangan apapun.
Sebagai catatan, ternyata ada juga teman-teman mereka yang laki-laki meminta baju. Ada 3 orang dewasa dan 3 anak-anak. Kami memutuskan begini:
1 orang kakek-kakek kami berikan baju bekas saya, yang dua mendapat celana trining dan 2 celana pendek (bekas semua). 2 anak laki-laki kami berikan baju dan sandal bekas anak saya yang masih SMP. Sedangkan yang satu lagi karena ukurannya yang masih terlalu kecil kami suruh datang lagi besok. Istri saya mau membelikan baju baru buat dia di pasar besok pagi. Sekali lagi Alkhamdulillah. Semua masalah teratasi dengan baik.
Mereka semua datang dengan ceria dan pulang dengan gembira.
Saya berharap semoga tahun depan saya diberi kemurahan rejeki dan kekuatan hati untuk mengadakan acara seperti ini lagi. Mungkin saya juga akan memohon dukungan dari rekan-rekan kompasioner  [Telkomsel Ramadhanku].
GAMBAR 1
1313771062410780396
Persiapan Bazaar Akherat
GAMBAR 2
1313770486681441844
Suasana Bazaar
GAMBAR 3
131382366189722528
Pamitan
Gambar diolah dari dokumentasi acara.
Video acara ini dapat disaksikan di sini: Bazaar Akherat

Rabu, 03 Agustus 2011

Bosan Hidup ? Berpuasalah ...


Sebagai seorang awam, sampai saat ini saya masih belum mendapat anugerah sebagai seseorang yang bisa menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan penuh suka cita. Malahan sering menghadapinya dengan nada-nada kekhawatiran. Yang takut lemes lah, yang takut laparlah atau takut datangnya penyakit langganan saya, yaitu sariawan. Penyakit ini akan terrasa menyiksa jika datang pas bulan puasa. Perih sekali.
Tetpi tentunya saya tidak pernah berhenti berharap agar suatu saat saya mampu menjadi golongan orang-orang yang menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan gembira
Walaupun begitu, saya tetap tidak berhenti berharap dan berusaha mencari hikmah bulan Ramadhan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas saya yang awam ini. Bagi saya, banyak hal positif yang saya dapat setiap bulan suci ini datang. Saya hanya akan akan menyampaikan dua hal buat rekan-rekan semua.
Yang pertama adalah menghilangkan rasa jenuh yang sudah menumpuk selama berbulan-bulan
Kadang-kadang dalam hidup ini hati kita dilanda kebosanan. Sepertinya tidak ada yang bisa dilakukan atau ditunggu lagi. Tetapi dengan berpuasa, sepertinya hidup saya kembali memiliki target. Ada sesuatu yang setidak-tidaknya bisa ditunggu setiap hari. Yaitu datangnya waktu berbuka puasa. Jadi selama bulan puasa saya tidak pernah merasa jenuh karena setiap hari saya memiliki sesuatu yang menyenangkan yang akan saya peroleh.
Yang kedua adalah kembali merasakan fungsi dan nikmatnya karunia Allah yang namanya lidah
Tidak jarang kita merasa bosan dengan segala macam makanan yang ada. Terasa lapar tetapi tidak ada makanan yang menggugah selera. Sepertinya semua terasa sudah membosankan. Nah … Dengan berpuasa inilah saya merasa bahwa nikmat Allah yang namanya makanan itu adalah sesuatu yang luar biasa. Dan alangkah seringnya kita lupa untuk mensyukurinya. Setiap hari selama bulan puasa, semua makanan kembali terlihat enak. Es buah, es kelapa muda, kolak, rendang, roti terang, dan lain-lain bulan benar-benar terasa menggoda.  Bahkan kadang-kadang air putih atau sekedar tempe gorengpun mampu menerbitkan selera. Semua terasa nikmat pada waktu berbuka puasa. Seperti makanan yang baru saya kenal lagi. Rasanya lidah saya seperti terlahir kembali.
Semoga di bulan suci kali ini rekan-rekan bisa mendapat hikmah yang lebih besar dari yang saya peroleh selama ini.
Wallahu ‘Alam Bishawab
Selamat menjalankan ibadah puasa …

Senin, 25 Juli 2011

Indikator Institusi ...


Bersih tidaknya suatu institusi dapat di nilai dengan suatu indikator yang sangat sederhana. Yaitu dari kebiasan makan para karyawannya.
Ciri-ciri sebuah instansi yang bersih yaitu apabila karyawannya makan bersama di rumah makan, bayarnya sendiri-sendiri. Atau setidak-tidaknya dibayarin dulu, baru nanti diganti di kantor (bila malu). Pada awalnya saya meragukan pendapat yang dikeluarkan oleh Nurkholis Madjid ini. Tetapi setelah mengalami sendiri, ternyata teori ini kebenarannya mendekati 100%.

Sabtu, 11 Juni 2011

Hikmah : Tuhan Membalas Tekadku Berbuat Jujur


Pada waktu menjelang UASBN SD anak saya berlangsung, banyak rumor yang beredar bahwa nilai UASBN dapat dijamin tinggi dengan melakukan "SESUATU". Saya dan istri sama sekali tidak tertarik. Mending nilai UASBN anak saya rendah tetapi itu merupakan hasil keringatnya sendiri. Kemampuan diri sendiri yang dilandasi kejujuran. Melakukan "sesuatu" yang saya maksud di sini adalah meminta pihak tertentu meninggikan nilai hasil UASBN. Rupanya modus pembocoran soal sudah mulai bergeser dengan modus baru yang satu ini. Dengan memperoleh nilai tinggi, para orang tua berharap anaknya dapat masuk ke SMP-SMP negeri favorit. Ini akan membuat biaya sekolah menjadi irit dibanding harus masuk sekolah swasta.
Dan setelah ujian selesai, benar saja. Nilai anakku kalah dari beberapa temannya yang dalam kegiatan sehari-hari kemampuannya ada di bawah anakku. Nilai rata-ratanya tinggi sekali. Yang cukup aneh adalah ada keluarga teman anakku yang sudah tahu bahwa nilai UASBN-nya tinggi sebelum nilainya diumumkan. Tetapi saya sendiri tetap memilih untuk tidak berprasangka buruk kepada mereka. Menyalahkan orang lain bukanlah tipe saya. Sifat ini selalu saya buang jauh-jauh dari kehidupan saya. Sehingga saya tetap berpikir bahwa nilai anakku kurang tinggi karena mungkin memang kurang belajar (padahal nilai anakku cukup tinggi juga. Rata-rata 8,5. Anakku juga sama sekali tidak ikut bimbingan belajar. Saya kasihan kalau melihat anakku harus belajar seharian sampai kehilangan waktu bermainnya. Biarlah dia berkembang apa adanya dan tidak kehilangan masa anak-anaknya).
Saya kasihan sekali melihat anak dan istriku. Anakku sedih sekali. Istriku bahkan sampai menangis. Tapi saya sendiri tetap tegar. Saya sama sekali tidak menyesal. Menurutku ini tetap merupakan pilihan terbaik. Dalam riwayat pendidikan anakku, tidak boleh ada ketidakjujuran. Biarlah misalnya nanti terpaksa anakku tidak masuk SMP favorit dan harus bersekolah di sekolah swasta yang mahal dan mutunya kurang bagus, saya tetap akan menerimanya dengan lapang dada.
Pendaftaran dimulai. Karena Disdik DKI Jakarta sudah menggunakan PPDB-Online, saya percaya sekali tidak akan ada kecurangan di sini. Kecurangan hanya bisa dilakukan sebelum PPDB-Online dilakukan (dengan merekayasa nilai saat ujian UASBN SD). Anakku kudaftarkan di SMP-SMP negeri favorit yang posisinya paling dekat dengan rumah. Karena SMP yang paling kami inginkan adalah SMPN 252, maka urutan prioritas yang kami isikan di formulir (kalo gak salah Formulir F2) adalah:
1.SMP 252, 2. SMP 109, 3. SMP 255, 4. SMP 199, dan 5. SMP 139. Sebagai tanda terima kepada kami diberikan formulir F3. Kamipun tinggal memantaunya dari rumah melalui internet. Pertama kali kami buka, ternyata anakku sudah terlempar ke urutan pilihan nomor 4, yaitu SMP 199. Beberapa jam kemudian sudah terlempar ke pilihan ke 5, yaitu SMP 139. Dan akhirnya anakku terlempar juga dari pilihan terakhir. Yang paling mengecewakan, nilai anakku tepat berada di garis batas nilai yang tidak diterima di SMP 139.
Dan ada satu kejadian lagi yang sepertinya merupakan cobaan juga buat kami, yaitu ketidak tahuan kami akan adanya formulir F4. Formulir F4 yang kami pegang ini ternyata berfungsi mengubah pilihan di pendaftaran apabila kami tidak diterima di semua SMP yang kami pilih di formulir pendaftaran pertama (Formulir F2) dengan syarat pendaftaran belum ditutup. Tetapi mungkin karena saking kalutnya perasaan kami waktu itu sampai-sampai kami tidak tahu keberadaan formulir F4 beserta fungsinya. Kalau kami mengetahuinya pastilah kami akan datang ke tempat pendaftaran dan mengubah pilihan SMP-nya walaupun kualitasnya kurang bagus dan jaraknya cukup jauh dari rumah dan harus beberapa kali ganti angkutan. Yang penting masuk SMP negeri karena biayanya akan murah.
Jadi akhirnya anakku tidak diterima di semua SMP negeri dan harus bersekolah di SMP swasta. Tapi kami sudah menyiapkan hati kami untuk menerimanya.
Kalau dipandang saat itu, sepertinya ini merupakan hukuman dan cobaan dari Tuhan buat kami. Tidak diterima di pilihan terakhir dengan nilai tepat di batas bawah dan tidak tahu adanya formulir F4 dan fungsinya untuk mengubah pilihan sekolah. Dua kejadian itu pastilah akan membuat sesak napas semua orang tua yang sedang mencari sekolah untuk anak-anaknya.
Tapi ternyata di situlah Allah membalas tekad kami untuk mempertahankan kejujuran dan menolak berbuat curang.
Inilah fakta yang terjadi kemudian:
1. Tuhan menempatkan nilai anakku tepat berada di batas paling atas nilai pendaftar yang tidak diterima (berarti nilai anakku adalah nilai  tertinggi dari pendaftar yang tidak diterima di 5 SMP pilihan anakku).
2. Tuhan juga yang menutup mata kami agar tidak melihat formulir F4. Jika kami tahu ada formulir F4 kami pasti memanfaatkannya. Sehingga anakku akan diterima di SMP negeri yang kualitasnya biasa-biasa saja. Karena dilihat dari passing grade-nya, nilai anakku sudah pasti diterima.
3. Kedua keadaan di ataslah yang membuat anakku memenuhi persyaratan untuk melakukan pendaftararan di kesempatan terakhir. Yaitu pendaftaran untuk mengisi bangku kosong (bangku kosong yaitu formasi kosong yang ditinggalkan oleh anak yang diterima tetapi tidak melakukan pendaftaran ulang sampai dengan batas waktu yang ditentukan).
Setelah proses dafar ulang selesai maka masing-masing sekolah mengumumkan jumlah bangku kosong yang ada. Di SMP 252 ada 5 bangku kosong. Syarat mendaftar adalah siswa yang benar-benar tidak diterima di semua SMP pada pendaftaran pertama. Saya langsung merinding waktu itu.
Bukankah dengan demikian anakku memenuhi syarat untuk ini ?
Ditambah lagi nilai UASBN anakku adalah nilai tertinggi dari pendaftar yang tidak lolos pada pendaftaran pertama. Itu artinya anakku akan melakukan pendaftaran dengan modal nilai UASBN tertinggi dan tinggal tunjuk saja mana SMP yang ingin dimasuki.
Demikianlah. Akhirnya kami melakukan pendaftaran untuk pengisian bangku kosong. Urutan prioritas tetap sama dengan pendaftaran pertama. Yaitu : 1.SMP 252, 2. SMP 109, 3. SMP 255, 4. SMP 199, dan 5. SMP 139. Anakkupun berhasil masuk ke SMP yang kami idam-idamkan. Dekat dengan rumah (satu komplek dengan perumahan kami) dan merupakan sebuah SMP Negeri favorit.
Alkhamdulillah atas karuniamu Ya Allah ...
Kejujuran itu patut diperjuangkan ...

Wallahu alam bishawab

Tulisan ini saya persembahkan untuk Ibu Siami (Si Jujur Yang Malah Ajur - Kisahnya di sini ...) dan para orang tua yang anak-anaknya akan menjalani UASBN atau tengah berjuang untuk mencari sekolah buat anak-anaknya.

Jumat, 10 Juni 2011

Mahfud MD: Ada Sesuatu Yang Lain Dalam Dirinya ...

Sebenarnya sudah cukup lama saya ingin mengungkapkan perihal ini. Sesuatu yang baru saya temukan dalam diri seorang tokoh nasional. Yang membedakan dia dengan semua tokoh yang pernah saya amati. Ini adalah ciri-ciri seseorang yang menurut para ulama seharusnya layak untuk dipilih menjadi pemimpin.
Suatu sore saya melihat wawancara livenya dengan reporter TV ONE. Wawancara seperti ini oleh tokoh-tokoh nasional atau para politikus yang lain biasanya akan dianggap sebagai iklan gratis yang tidak boleh dilewatkan. Mereka akan memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan-kesempatan seperti ini sebagai ajang kampanye untuk kepentingan dirinya sendiri maupun untuk kepentingan partainya.
Tetapi itu tidak terjadi padanya pada wawancara live yang saya saksikan pada waktu itu. Saat itu dia adalah tokoh yang paling ditunggu pernyataannya terkait kasus uang sebesar 120 ribu dolar Singapura yang ditinggalkan oleh Nazaruddin. Kedua reporter TV ONE begitu menggebu-gebu bertanya dan mengorek keterangan darinya. Rating acara saat itu pastilah luar biasa tinggi. Suatu kesempatan emas bagi para oportunis untuk mencari dan mendongkrak popularitas.
Tapi lihatlah apa yang dia lakukan saat itu ? Meskipun wawancara sedang begitu seru dan topiknya sangat menarik dan aktual, tetapi begitu adzan Maghrib berkumandang dengan tegas dia memutus pembicaraan. Tanpa ragu-ragu dia menghentikan acara wawancara live itu karena akan melaksanakan ibadah sholat Maghrib. Saya benar-benar tidak pernah melihat tokoh lain melakukan ini. Adakah di antara pembaca yang pernah menyaksikan tokoh lain melakukan ini ?
Pada saat ditanya tentang kemungkinan maju sebagai calon presiden tahun 2014 dengan santai dia berkata: “Saya tidak ada potongan jadi presiden”. Tidak tampak ambisi yang besar dalam perkataannya.
Mahfud MD juga mengambil langkah tepat menghadapi serangan Ruhut Sitompul. Politikus yang ahli bersilat lidah itu dibuatnya mati kutu.
Wahai Tuan Mahfud MD ! Apabila anda maju sebagai calon presiden pada tahun 2014, apalagi jika berpasangan dengan Ibu Sri Mulyani (saya adalah salah satu orang yang pernah menikmati integritas wanita cerdas dan perkasa yang satu ini). Maka saya bersedia untuk dengan suka rela datang ke tempat pemilihan suara untuk memilih presiden. Sesuatu yang sampai saat ini belum pernah saya lakukan …
Semoga kali ini harapan saya tidak menemui kekecewaan lagi.
Wallahu alam bishawab …

Sumber : Kompasiana-Widayat

Rabu, 20 April 2011

MOBIL PENUH BERKAT

Saya tidak tahu apakah ini merupakan ujian atau anugerah dari Tuhan. Tetapi peristiwa ini bagi saya cukup mengherankan. Suatu kebetulan yang cukup aneh.
Sampai dengan saat ini saya belum mendapat karunia berupa penempatan kerja di kampung halaman sendiri (Bismillah. Moga-moga harapan saya terkabul). Oleh karena itu saya termasuk jarang berada di kampung sendiri.Mungkin paling banter frekuensinya setahun 2 kali saja.
Tapi dalam momen pulang kampung yang sebenarnya terbilang cukup jarang itu ternyata saya mengalami kejadian yang boleh dibilang cukup menarik. Dalam dua kesempatan pulang kampung dengan waktu yang berlainan itu saya dua kali didatangi oleh tetangga yang minta tolong untuk mengantar keluarganya ke rumah sakit (sayang salah satunya tidak tertolong). Dan rupanya peristiwa itu kemudian terulang.
Tetapi kali ini kejadiannya adalah di tempat kerja saya di Jakarta. Kejadian pertama adalah ketika ada tetangga kampung yang bekerja di Jakarta sakit. Karena kalau harus membesuk ke Jakarta terlalu jauh, maka Ibu saya menyuruh saya yang membesuknya. Walaupun jaraknya cukup jauh (saya di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, sedangkan tetangga saya dirawat di RS Sumber Waras, Jakarta barat. Dan pada dasarnya saya orangnya malas bepergian), saya tetap menyempakan diri pergi ke rumah sakit itu (dalam keadaan seperti ini setan pasti bekerja sangat keras mencegah saya melakukan tugas mulia ini).
Alkhamdulillah akhirnya semua berlangsung sesuai rencana. Sayang sekali pada akhirnya tetangga saya yang sakit itu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Tetapi saya masih bisa mensyukuri satu hal, yaitu bahwa saya masih sempat membesuknya sesuai perintah ibu. Jadi saya dan Ibu saya tidak dihinggapi rasa penyesalan walaupun tentu saja hati kami sangat sedih saat tetangga kami itu berpulang.
Rupanya kejadian demi kejadian yang mirip ini belum berakhir di sini saja.
Peristiwa terakhir yang saya alami juga tidak jauh berbeda dengan yang sudah-sudah. Saat saya mengantar anak saya periksa ke sebuah klinik saya menunggu di mobil karena parkiran penuh.Beberapa saat kemudian saya melihat seorang ibu dengan seorang perempuan yang masih muda menggendong anak kecil yang terus menangis.
Mungkin umur anak itu sekitar 3 atau 4 tahun. Saya menduga mereka adalah ibu dan anak bersama pembantunya.Mereka tampak kebingungan. Menelepon berkali-kali dengan roman muka memperlihatkan rasa cemas. Lama saya perhatikan. Saya pikir merka sedang menunggu jemputan atau angkutan umum.
Setelah bolak-balik menelepon kemudian si ibu sepertinya menuju ke arah saya. Mungkin mau menanyakan sesuatu. Rupanya tebakan saya salah. Ternyata ibu itu mau minta tolong diantar ke UGD-Rumah Sakit Islam Pondok Kopi mengantar anak kecil tadi. Dia baru saja mengalami musibah meminum cairan pembersih lantai merk Vi*al. Anak itu hanya tinggal dengan pembantunya di rumah. Bapak dan ibunya kedua bekerja. Saat itu kedua orang tuanya sudah ditelepon dan sedang dalam perjalanan pulang. Makanya si pembantu minta tolong ibu tadi untuk diantar ke klinik.
Klinik itu sendiri menyatakan tidak sanggup menangani dan menyuruh anak itu di bawa ke UGD-RSI Pondok Kopi. Tetapi saking tergesa-gesanya waktu berangkat, rupanya si ibu dan pembantunya tadi lupa membawa uang sehingga tidak ada ongkos untuk naik taksi.
Tentu saja setelah mendengar cerita ibu itu saya langsung mempersilahkan mereka masuk. Setelah memberitahu istri saya, secepatnya saya langsung menuju ke rumah sakit itu.
Alkhamdulillah jalanan cukup lancar. Jadi kira-kira seperempat jam kemudian kami sudah sampai di depan ruang UGD.
Anak itu segera ditangani oleh petugas. Ibu tadi berkali-kali mengucapkan terima kasih dan memohon maaf telah merepotkan. Tentu saja saya jawab bahwa saya sama sekali tidak merasa direpotkan dan malah merasa senang. Memang demikian itulah adanya.
Ibu itu sepertinya merasa bahwa saya sangat berjasa dan telah berbuat baik. Setelah itu kamipun berpisah.
Seandainya saya bertemu dengan ibu tadi, saya ingin katakan kepada beliau begini: Ibulah yang paling berjasa di sini. Ibulah yang membawa anak itu ke klinik, ibu juga yang meminta saya mengantar anak itu ke rumah sakit. Selanjutnya ibu pula yang merawat dan menjaga anak itu di UGD.
Saya hanya salah satu obyek dari rangkaian kebaikan ibu. Di sini ibu adalah subyeknya, pemeran utama dari lakon tentang perbuatan mulia ini. Saya hanyalah pemeran pembantu saja. Atau malah cuma figuran.
Saya berharap kedua orang tua anak itu berterima kasih mempunyai tetangga seperti ibu tadi. Tidak hanya kedua orang tua anak itu, sayapun seharusnya turut mengucapkan terima kasih karena telah dilibatkan dalam amal perbuatan baiknya.
Dan tentu saja saya tidak lupa bersyukur kepada Allah telah diberi kesempatan berbuat baik.
Demikianlah rangkaian cerita yang melibatkan mobil saya.
Sekali lagi seperti sudah saya kemukakan di awal cerita ini, saya tidak tahu ini merupakan ujian atau anugerah dari Yang Maha Kuasa.
Tetapi karena setiap sehabis mengalami peristiwa demi peristiwa hati kami merasa puas dan bahagia, maka kami menjuluki mobil kami sebagai MOBIL PENUH BERKAT ...

Selasa, 19 April 2011

DPR dan Tukang Sampah: Siapa lebih penting?

Suatu saat istri saya bercerita bahwa di sekolah anak saya yang masih TK, jika ada anak yang malas membaca atau menulis oleh gurunya akan ditakut-takuti bahwa besarnya mereka akan jadi tukang sampah.
Hmm … tukang sampah … Memangnya ada masalah apa dengan pekerjaan sebagai tukang sampah. Hati nurani saya benar-benar merasa terusik. Menurut saya, tukang sampah adalah pekerjaan yang sangat penting dan mulia. Tidak boleh ada yang merendahkan seseorang yang bekerja sebagai tukang sampah.
Kita cenderung menghormati sesuatu dari kemasannya tanpa memandang isinya.
Coba sekarang kita bandingkan peran tukang sampah jika dibandingkan dengan misalnya para anggota DPR di  negara kita, yaitu negara antah berantah.
Apakah aktifitas kita akan terganggu jika para anggota dewan yang terhormat itu tidak masuk kerja? Saya rasa bukan hanya tidak ada pengaruhnya terhadap kehidupan kita sehari-hari, tetapi bahkan ada dan tidak adanya mereka, masuk kerja atau absennya mereka kita tidak tahu.
Tetapi jika tukang sampah tidak datang selama 2 atau 3 hari saja. Apa akibatnya? Ibu-bu resah. Mekanisme kehidupan yang telah berlangsung selama ini langsung terganggu keseimbangannya. Ingat kasus sampah di Bandung bukan? Itu menunjukkan begitu pentingnya sosok seorang tukang sampah. Keberadaannya diperlukan, ketidakhadirannya dirindukan. Semua orang memerlukannya jasanya.
Sayang sekali semua ini tidak terdapat dalam diri para politikus di DPR (semoga tidak semuanya seperti ini). Jika melihat kinerjanya selama ini, barangkali banyak orang yang menilai bahwa mungkin lebih baik mereka tidur dan makan gaji buta saja sepanjang tahun, kemudian biaya operasionalnya dibuat untuk membangun dan memperbaiki gedung-gedung sd di seluruh tanah air. Kemungkinan besar hasilnya akan kelihatan lebih nyata.
Bayangkan pengaruhnya jika biaya studi banding ke luar negeri, pembangunan gedung baru, dan lain-lain dialihkan alokasinya menjadi biaya pendidikan, kesehatan, kredit usaha kecil, perumahan, dan lain-lain yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin. Tapi sekali lagi nampaknya kita cuma bisa membayangkan.
Coba bandingkan dengan para anggota parlemen di negara idaman kita, yaitu Indonesia. Di negeri ini para anggota DPR-nya benar-benar merupakan representasi dari rakyat yang diwakilinya. Gedung parlemen disana dihuni oleh orang-orang yang selalu ingat bahwa mereka setiap saat bisa dicabut nyawanya, tahu bahwa harta tidak akan dibawa masuk ke liang kubur dan jabatan adalah sebuah amanah yang kelak akan diminta pertanggung jawabannya.
Saat ini kabarnya, untuk menghargai dan menghormati para jasa tukang sampah, para anggota dewan di Indonesia juga tengah mengusulkan pembangunan perumahan khusus untuk para tukang sampah di seluruh Indonesia dengan dana sebesar 1,168 trilyun rupiah. Dan tampaknya rakyatpun mendukung sepenuhnya proyek prestisius yang mengundang decak kagum dunia itu. Sebuah negara yang demikian menghargai jasa-jasa warganya sendiri.
Lalu sayapun tersadar dari lamunan untuk kemudian berharap dalam hati, adakah kemungkinan para anggota dewan yang terhormat di negeriku bisa tergugah hatinya? Bisakah kemudian beliau-beliau berubah pikiran membatalkan rencana membangun gedung mewah dan ngotot mengalihkannya menjadi proyek nasional untuk membangun perumahan khusus untuk para tukang sampah di seluruh negeri kami? Saya menduga hampir seluruh rakyat negeri kami akan lebih setuju dengan proyek ini. Dan negeri kamipun kembali menjadi negeri yang bermartabat di mata dunia.
Wallahu alam bishawab

Sabtu, 16 April 2011

Menjaga Hati

Dalam pergaulan sehari-hari hendaklah kita tetap mengedepankan logika daripada emosi. Meminjam istilah yang sangat populer "Hati boleh panas, tetapi kepala harus tetap dingin".
Sebagai contoh dapat kita ambil saat kita menhadapi kejadian atau isu yang berbau SARA. Semisal kejadian perusakan/pembakaran rumah ibadah/gereja di Temanggung. Saat peristiwa itu terjadi, banyak teman-teman saya yang beragama Nasrani ramai-ramai membuat status di berbagai situs jejaring sosial (utamanya facebook) yang intinya secara implisit menyalahkan umat Islam.
Saya sendiri cuma berpikir begini: Apa sih gunanya mereka membuat statemen seperti itu? Siapa yang akan membaca statemen mereka? Rasanya nyaris mustahil para pelaku perusakan rumah ibadah itu, orang yang seharusnya menjadi tujuan dibuatnya statemen mereka, membaca status mereka.
Jadi siapa akhirnya yang membaca statemen mereka?
Tentu saja semua teman-teman mereka di situs jejaring sosial yang mau tidak mau harus membaca statemen mereka. Orang-orang yang secara sadar sudah mereka akui  dan diputuskan untuk dijadikan teman-teman mereka. Orang-orang yang sama sekali tidak bersalah dan tidak ada hubungan sama sekali dengan peristiwa pembakaran rumah ibadah. Orang-orang yang menjadi teman mereka yang seharusnya mereka jaga perasaannya.
Akibatnya?
Paling tidak hal tersebut akan membuat teman-teman mereka yang muslim merasa tidak enak.
Terus apa pengaruhnya terhadap para pelaku yang sebenarnya? Tidak ada sama sekali!
Apa mereka pikir umat Islam mendukung tingkah laku para perusuh itu? Sungguh tidak sama sekali. Saya yakin sekali, sebagian sangat besar umat Islam tidak mendukung dan bahkan menentang  tindakan para perusuh melakukan perusakan rumah ibadah.
Contoh paling aktual yang bisa kita ambil sebagai pelajaran adalah peristiwa pembom bunuh diri di sebuah masjid di Cirebon. Di situ dapat kita lihat bahwa para perusuh itu bukan hanya memusuhi umat atau rumah ibadah agama lain bukan? Mereka bahkan memusuhi orang-orang yang satu keyakinan. Ini membuktikan bahwa mereka saat ini menjadi musuh bersama bagi warga Indonesia yang mendambakan perdamaian.
Oleh karena itu saya selalu berpikir seribu kali dan semoga tidak akan pernah membuat status atau statemen di situs jejaring sosial yang berpotensi membuat teman-teman saya yang berbeda keyakinan menjadi tersinggung atau paling tidak membuat mereka menjadi tidak enak hati.
Kenapa saya selalu berusaha menjaga diri dan sebisa mungkin menghindarkan diri dari membuat statemen-statemen semacam itu?
Itu saya lakukan karena menurut saya, jika saya membuat statemen yang berbau SARA yang secara implisit maupun eksplisit menyalahkan pemeluk atau ajaran agama tertentu, maka sama halnya saya berkata kepada mereka begini:
"Ini lho kelakuan saudara-saudaramu! Ini lho ajaran agama yang kamu anut!"
Misalnya jika saya membuat status atau tautan di facebook yang isinya begini "Pendeta Terry Jones akan membakar Al-Quran".
Bukankah sama saja saya menunjuk hidung teman-teman saya yang beragama Nasrani sambil berkata:
"Nih lihat! Kelakuan pemimpin agamamu! Ekstremis, rasialis, tukang hasut, tidak toleran, dan lain-lain!".
Bukankah sama saja saya menyalahkan dan menyama-ratakan kelakuan teman-teman dan sahabat-sahabat saya yang beragama Nasrani dengan kelakuan Pendeta Terry Jones.
Menurut saya itu sama sekali tidak fair.
Pendeta Terry Jones hanyalah oknum. Saya yakin sekali, sebagian besar umat Nasrani tidak seperti itu. Teman-teman dan sahabat-sahabat saya umat Nasrani pastilah tidak seperti itu. Mereka semua adalah teman-teman dan sahabat-sahabat saya yang baik. Orang-orang yang akan selalu berusaha saya jaga perasaannya. Orang-orang yang yang tidak pernah akan saya sakiti baik secara perkataan maupun perbuatan.
Jadi, ke depan saya berharap, agar kita semua, baik yang beragama Islam maupun teman-teman yang berbeda keyakinan agar lebih mengedepankan tenggang rasa, menjaga perasaan dan berpikir lebih dewasa bila akan bertindak, berkata, menyatakan pendapat atau membuat suatu statemen.
Saya rasa ini akan berpengaruh lebih baik untuk menjaga kerukunan dalam pergaulan sehari-hari.
Wallahu alam bishawab.
Salam BKH ...

Resep Rahasia KFC


Legenda penuh misteri tak terpecahkan tantang resep ayam goreng tepung KFC yang ditemukan oleh Kolonel Harland Sanders berupa ramuan 11 tanaman dan rempah-rempah beserta takarannya sudah bertahan sejak tahun 1940 sepertinya tidak pernah selesai dibicarakan. Menurut saya, misteri kerahasiaan resep itu memang tidak akan pernah terpecahkan.
Kita tidak akan pernah mampu menemukan resep rahasia tersebut. Kenapa? Karena resep rahasia itu sebenarnya ada di dalam pikiran kita masing-masing. Keyakinan bahwa resep rahasia itu memang sesuatu yang luar biasa sulit ditiru dan merupakan perpaduan bumbu yang sangat enak telah tertanam kuat dalam alam bawah sadar para penggemarnya.
Jadi ketika mereka memakan ayam goreng KFC, otak mereka sudah menyatakan bahwa rasanya enak. Karena fungsi otak adalah sebagai pengendali organ tubuh yang lain termasuk lidah sebagai bagian tubuh yang bertugas mendeteksi cita rasa makanan, maka otomatis lidahnyapun akan menyatakan bahwa ayam goreng KFC rasanya memang sangat lezat. Kelihaian manajemen dan terutama bagian PR-lah yang membuat legenda ini terus berlangsung hingga kini.
Padahal kalau kita mau berpikir rasional atau menggunakan akal sehat kita, kelezatan ayam goreng KFC sebenarnya sudah tersaingi (kalau tidak boleh disebut dikalahkan) oleh beberapa franchise ayam goreng tepung kelas kaki lima. Tengoklah ayam goreng tepung kelas kaki lima semisal merek S*B*NA atau S*R*SO, dan lain-lain. Dari segi citarasa, ukuran, apalagi kalau ditinjau dari segi harga yang bisa mencapai hanya 40%-nya saja., maka menurut saya seharusnya KFC sudah keok.
Mungkin hanya tinggal satu saja keunggulan rasional yang dimiliki oleh KFC dibanding pesaing-pesaing kecilnya itu, yaitu tempat dan kemasannya yang memang lebih representative. Dan keunggulan utamanya ya seperti yang sudah kita bahas di atas berupa pikiran irasional tentang resep rahasia ayam goreng KFC.
Mari kita berpikir rasional dan cintailah produksi dalam negeri.

Salam BKH ...

Senin, 04 April 2011

PEDULI SESAMA

Suatu saat di satu wilayah terjadilah bencana alam yang luar biasa. Kepungan lahar mengepung dua buah desa.  Jika tidak ada suatu keajaiban, maka desa dan seluruh penduduknya akan lenyap terkubur.
Tetapi karena pemimpin kedua desa itu adalah orang-orang yang sangat taat beribadah, maka Tuhan masih berkenan memberikan kesempatan kepada keduanya untuk menyelamatkan penduduk desa itu. Dia mengutus dua orang malaikat untuk menyampaikan maksudnya kepada mereka untuk menyelamatkan warga desanya. Tuhan hanya memberikan satu syarat yang tertulis dalam surat yang terbungkus amplop tertutup. Isinya  yaitu persyaratan bagi kedua pemimpin desa itu dalam memilih siapa  saja yang akan diselamatkan. Surat itu diperintahkan dibaca setelah kedua pemimpin itu selesai menjalani ujian.
Malaikat itupun membawa mereka ke atas bukit yang tinggi. Tempat yang baru saja disediakan untuk menampung warga desa mereka.
Secara terpisah, tanpa mengetahui satu sama lain kemudian mereka ditawarkan siapa saja yang akan diselamatkan.
Malaikat: “ Hai Tuan A. Urutkan siapa saja penduduk desamu yang akan kau selamatkan?”
Tuan A : “Saya dahulu Tuan”. Jawabnya.
Malaikat : “Apa alasan Tuan A memilih diri sendiri pertama kali?”.
Tuan A: “Saya akan mempersiapkan dan memimpin mereka kembali agar desa menjadi makmur. Tanpa saya, saya takut mereka akan seperti anak ayam kehilangan induk Tuan. Mereka akan kebingungan”.
Malaikat: “Kalau begitu, hanya Tuan yang dapat saya selamatkan. Setelah ini segeralah Tuan  menuju ke desa Tuan”.
Dalam hati Tuan A bertanya-tanya, campur antara rasa sedih karena tidak bisa menyelamatkan keluarga dan warga desanya, dengan rasa suka karena dirinya selamat dari bencana.
Kemudian malaikat menanyai Tuan B.
Malaikat: “Wahai Tuan B. Urutkan siapa saja penduduk desa Tuan yang akan kau selamatkan?”.
Tuan B: “ Ibu dan Bapak saya Tuan …”.
Malaikat: “Lalu …?”
Tuan B: “ Anak dan istri saya Tuan …”
Malaikat: “Lalu …?”
Tuan B: “ Kakek dan nenek saya Tuan …”
Malaikat: “Lalu …?”
Tuan B: “ Pegawai-pegawai saya Tuan …”
Malaikat: “Lalu …?”
Tuan B: “ Tetangga-tetangga saya Tuan …”
Begitu seterusnya sampai kemudian dari seluruh penduduk desa itu, hanya  tinggal dia yang belum disebutkan namanya.
Kemudian untuk terakhir kalinya malaikat itu bertanya lagi: “Lalu …?”
Tuan B: “Kalau Tuan masih berkenan, mohon saya juga ikut diselamatkan Tuan …”
Malaikat: “Apa alasan permintaanmu ini …?”.
Tuan B: “Saya ingin mendampingi dan melayani mereka Tuan. Saya bahagia menjadi pelayan bagi warga saya Tuan …”.
Malaikat: “Baiklah … Permintaanmu dikabulkan …”.
Begitu melihat seluruh penduduk desa yang dipimpin oleh sahabatnya diselamatkan, Tuan A bertanya setengah protes kepada malaikat.
Kata Tuan A “Wahai Tuan Malaikat. Kenapa sahabatku bisa menyelamatkan seluruh warga desanya sedangkan saya tidak …?”.
Dengan tenang sang malaikat itu menjawab “ Tuan-tuan sekalian. Apa yang saya lakukan adalah sesuai dengan perintah Tuhan kepada saya. Marilah kita buka surat ini dan kita baca isinya …!”.
Malaikat membuka surat dan mereka bertigapun dapat membaca isi surat itu:
“PERINTAHKAN MEREKA MEMILIH SATU PERSATU PENDUDUK DESA YANG AKAN DISELAMATKAN. SIAPAPUN BOLEH MEREKA PILIH, SYARATNYA CUMA SATU “MEREKA MENJADI ORANG TERAKHIR YANG HARUS DISELAMATKAN. APABILA MEREKA SUDAH MENYELAMATKAN DIRINYA SENDIRI, MAKA MEREKA TIDAK LAGI DAPAT MENYELAMATKAN PENDUDUK DESA YANG LAIN. INI ADALAH HADIAH DAN UJIAN BAGI KEIKHLASAN MEREKA BERDUA”.
Malaikat berkata: “Tuan A, kamu memang orang shaleh yang taat beribadah, tetapi Tuan lebih memikirkan diri sendiri daripada orang lain. Tuan lebih memikirkan keselamatan diri sendiri. Tuan menganggap tuan begitu penting di hadapan warga, sehingga tuan merasa bahwa warga desa tidak akan mampu bertahan tanpa keberadaan Tuan. Pergilah ke desa yang telah saya sediakan …”.
Malaikat itu berkata lagi: “Tuan B, anda adalah seorang pemimpin yang sesungguhnya. Taat beribadah dan lebih memikirkan kepentingan orang lain daripada tuan sendiri. Tuan memimpin warga desa tuan sebagai pelayan. Tuan tidak pernah merasa lebih penting dari orang lain. Berbahagialah tuan dengan seluruh warga desa Tuan. Tempatilah desa yang telah saya sediakan … !”.

Tuan A terperangah. Dia merasa malu dan sedih karena hanya dia sendiri yang hidup di desanya. Tanpa keluarga, tanpa tetangga dan tanpa warga desanya.
Sedangkan Tuan B hidup berbahagia dengan seluruh keluarga dan warga desanya.
Moral cerita:
Ketaatan dan keshalehan yang hanya dalam berhubungan dengan Tuhan tidaklah cukup. Itu tidak akan mendatangkan kebahagiaan. Ketaatan kepada Tuhan harus disertai keshalehan sosial. Yaitu keshalehan ketika bergaul dengan keluarga, tetangga, dan orang-orang lain di sekitar kita. Itulah bentuk keshalehan yang lengkap .
Salam …

Kamis, 31 Maret 2011

TIRU-TIRU JEPANG

TIRU-TIRU
Sebelum bencana tsunami melanda Jepang, saya pernah diceritai bahwa di Jepang, walaupun sedang jalan-jalan dipinggir jalan raya yang padat, suasana terasa sunyi dan tenteram. Hampir tidak pernah terdengar suara klakson berbunyi. Sejak saat itu saya mencoba meniru perilaku berlalu-lintas mereka. Jadi sudah lama sekali klakson mobil ataupun motor saya tidak mengeluarkan bunyi. Seingat saya terakhir berbunyi sekitar tiga minggu yang lalu saat sebuah (…atau sesosok atau seonggok ya ?) angkot tiba-tiba berhenti dan minggir mengambil penumpang ( Apakah anda termasuk orang yang beruntung pernah menyaksikan momen langka sekelas melintasnya komet Halley ini ? He … He … He … Guyon ... Saya rasa momen seperti ini di Jakarta bukanlah sebuah peristiwa langka bukan? ) Saat itupun dalam hati saya dengan penuh pembenaran berkata, “ Ah … jelas saja di Jepang klakson gak pernah bunyi, lha wong di sana ga ada angkot yang jalannya kayak bus tingkatnya Harry Potter gini …”. Dalam bahasa kerennya, mereka tidak pernah membunyikan klakson karena semua hal mendukung. Atau kata Ki Narto Sabdo Everything is ok … Guyon lagi …
Ternyata praduga bersalah yang saya tuduhkan tadi tidaklah benar adanya. Dari media masa, kita ketahui bahwa dalam situasi bencanapun, ternyata masyarakat Jepang masih tetap mempertahankankan budayanya yang begitu tinggi dalam berlalu-lintas. Mereka tetap saling mengalah, saling memberi jalan dengan tersenyum dalam suasana macet dan tentunya tetap pantang membunyikan klakson. Pokoknya klakson hanya dibunyikan hanya dalam keadaan yang benar-benar diperlukan ( dan saya tidak tahu keadaan  yang benar-benar diperlukan itu adalah keadaan yang seperti apa. Lha wong pas macet akibat bencana saja mereka tetap bersikap tenang dan adem ayem kok. Atau jangan-jangan fasilitas klakson hanya dibuat khusus untuk produk kendaraan yang diekspor ke Indonesia saja …).
Jadi kalau kemudian saya membenarkan tindakan saya membunyikan klakson karena angkot yang mendadak berhenti, jelas saya telah meremehkan budaya berlalu-lintas orang Jepang. Jangankan cuma angkot, suasana chaos mirip film-film Hollywood saja bisa mereka hadapi dengan tenang. Kalo kita bandingkan dengan di Amerika (apalagi dengan negeri tercinta ini), jangankan bencana asli, bencana di film saja, lalu lintasnya sudah kacau balau, klakson di bunyikan dimana-mana. Ya kan? Ini menunjukkan perilaku berlalu lintas masyarakat Jepang adalah yang terbaik di dunia.
Sejak saat itu (maksudnya sejak membaca informasi media tentang tsunami), saya bertekad untuk lebih dislipin lagi dalam berlalu lintas, walaupun konsekuensinya kadang-kadang jadi seperti orang aneh. Sebelumnya (maksudnya sebelum meniru-niru tidak memencet klakson sembarangan), sebenarnya saya sudah mencoba menerapkan kebiasaan disiplin berlalu lintas. Contonhya, saya tidak pernah masuk jalur busway walaupun kosong, tidak berhenti melebihi garis di traffic light, menghidupkan lampu di siang hari dan selalu lewat jalur lambat kalo pakai motor. Pokoknya berusaha sesuai aturannya Pak Polisi dah. Sesuatu yang saya peroleh dan saya pelajari saat masih bekerja dan tinggal di Surabaya. Saya rasa untuk urusan yang satu ini, Jakarta masih perlu belajar dari Surabaya. Kenapa di Surabaya lalu lintas bisa lebih tertib? Itu karena polisi di Surabaya lebih tegas dan rajin menilang para pelanggar lalu lintas. Mereka bahkan tidak segan-segan mengejar para pelanggar, bahkan bonekpun tak luput dari tilang. Soal kelanjutan kejadian setelah tilang, saya tidak tahu. Tetapi yang jelas, efek jera yang ditimbulkan akan tetap ada.
Kembali ke Jakarta. Soal lalu lintas di Jakarta, saya punya cerita menarik. Pernah dalam perjalanan saya ke kantor menggunakan sepeda motor, saat melewati jalan D.I. Panjaitan, seperti biasa saya lewat jalur lambat dan seperti hari-hari lainnya juga, jalur lambat sepi karena kebanyakan kendaraan lain uyek-uyekkan lewat jalur cepat. Tetapi hari ini rupanya ada yang special. Karena pada saat berhenti di lampu merah, cuma motor saya satu-satunya kendaraan yang ada di jalur lambat, sementara di jalur cepat ratusan kendaraan berjubel-jubel saling mencari celah untuk melewati. Akibatnya saat lampu hijau menyala, saya dengan santai melenggang, sementara keadaan di sebelah sana riuh rendah oleh bunyi klakson dan gas yang digeber-geber. Rasain … ! Kata hati saya sambil menyunggingkan senyum licikku. Hi … hi … hi …
Jadi, dengan segala konsekueinsinya seperti waktu tempuh lebih lama, selalu menjaga jarak aman dengan kendaraan (terutama) angkot di depannya, dan lain-lain, saya bertekad akan terus berusaha meningkatkan kedisiplinan saya dalam berlalu lintas. Saya bahkan akan mengingatkan dan akan selalu mengingatkan teman-teman saya yang menggunakan kendaraan dinas agar lebih santun dan tertib di jalan sebagai suri tauladan bagi pengguna jalan yang lain. (dalam berbagai pengalaman saya sering mendapati pengguna kendaraan dinas justru merasa lebih berhak melanggar lalu lintas karena merasa sebagai aparat pemerintah tanpa takut kena  ditilang. Yang masuk jalur buswaylah, yang mutar balik tidak pada tempatnya lah, dan lain-lain). Saya berharap, suatu saat masih menangi/mengalami dan menjadi saksi hidup di mana tertib lalu lintas benar-benar menjadi kenyataan di jalanan di bumi pertiwi tercinta. Saya yakin, tidak hanya saya, banyak teman-teman saya juga berharap seperti itu.
Untuk mewujudkannya, mari kita berusaha dan terus berusaha. Mencoba dan terus mencoba meningkatkan kedisiplinan kita di jalanan. Kalaupun kemudian kita tidak sempat menyaksikannya, setidaknya kita sudah pernah menerapkannya untuk diri kita sendiri. Dan itu lebih baik dari pada tidak pernah sama sekali …

Kamis, 24 Maret 2011

STIGMA

Saya akan menyebutkan beberapa kata. Carilah kata-kata lain yang berhubungan paling erat dengan kata-kata tersebut, dan saya akan mencoba menebak apa kira-kira yang terlintas di pikiran anda.
Belalai = ………
Cula = ……..                                
Piramid = …….
Saya yakin dengan spek akademis yang anda miliki saat ini, tiga kata yang terlintas di pikiran anda adalah Gajah, Badak dan Mesir. Benar bukan ? Saya sama sekali tidak punya kemampuan membaca pikiran atau kemampuan paranormal lainnya, tetapi kata-kata tersebut memang berkorelasi demikian kuat dan tertanam di benak hampir semua orang dan sangat sulit dipisahkan. Sayangnya …. Bagi kita semua, pegawai Direktorat Jenderal Pajak … Korelasi kata-kata GT dengan PAJAK yang beredar di masyarakat memang sudah sedemikian kuat. Sekuat hubungan kata BELALAI dg GAJAH, se-erat CULA dengan BADAK dan se-khas hubungan PIRAMID dengan MESIR.
Jika anda mencoba berdialog dengan masyarakat umum dengan pajak sebagai topik utama, maka hampir bisa dipastikan bahwa mereka akan membahas Gayus sebagai hal yang paling menarik untuk dibicarakan. Keadaan seperti iIni mungkin akan bertahan paling tidak 5-10 tahun ke depan (saya berharap perkiraan saya ini salah). Mengapa saya berani memperkirakan waktu yang sangat lama untuk memulihkan ini semua ? Karena fakta saat ini menunjukkan bahwa mengobok-obok DJP dan memojokkan pegawainya sedang menjadi dagangan politik paling laris. Dan kita semua tahu, bila beliau-beliau yang terhormat itu sudah menemukan komoditas seperti itu, maka kejadian selanjutnya sudah bisa kita tebak. Tidak peduli lagi moral, fakta, data, obyektifitas, logika atau apalagikah hanya sekedar menjaga perasaan dan penggunaan azas praduga tak bersalah. Mengharapkan hal seperti itu terjadi dalam pepatah Jawa diibaratkan “Kadyo nunggu kereming gabus kumambanging watu item” (Seperti menunggu tenggelamnya busa dan terapungnya batu hitam).
Memang tidak mudah membuat hiasan kristal yang indah. Butuh ketelitian, citarasa seni, biaya, waktu, bahan baku yang berkualitas, dan lain-lain. Tetapi untuk merusaknya, seseorang hanya membutuhkan sebutir kerikil kecil atau sekeping pecahan genting saja dan …, hancurlah semuanya. Dibutuhkan waktu lebih lama, usaha lebih keras dan biaya lebih tinggi lagi untuk menyusun kembali kepingan-kepingan kristal tersebut.
Kita hanya bisa berharap semoga orang-orang yang benar-benar terhormat di dewan yang terhormat segera muncul dan bersuara. Orang itu tidak perlu mendukung dan memuji-muji kita, tetapi cukup seseorang yang berbicara berdasarkan data dan fakta (kita harus yakin bahwa orang-orang seperti ini masih ada di sana). Kita juga berharap agar masyarakat  umum (yang nota bene tingkat kesejahteraannya adalah sasaran dan tujuan pokok dari semua yang kita kerjakan selama ini) segera memperoleh informasi yang berimbang, agar penilaian mereka perlahan-lahan berubah. Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka. Mungkin saja opini yang mereka yakini adalah akumulasi dari beban hidup yang semakin berat, rasa rindu akan suatu institusi yang bersih dan informasi tidak berimbang dan cenderung menyesatkan yang setiap saat mereka terima melalui berbagai sumber.
Lalu apakah semua pihak di negeri ini memang memiliki penilaian seperti itu. Nah … Kalo tadi saya menggunakan kata sayangnya, maka di sini saya menggunakan kata untungnya. Ya … Untungnya pihak-pihak yang paling berkepentingan dengan kita, yaitu para Wajib Pajak yang mulia (saya menggunakan kata-kata yang mulia karena saking senangnya ibarat menemukan secercah cahaya di tengah kegelapan dan setitik air di padang gersang),lalu  KPK dan kemudian ada juga dari pihak luar negeri.
Wajib Pajak (tepatnya mayoritas Wajib Pajak yang beritikad baik, aktif dan berhubungan langsung dengan petugas pajak), pihak yang paling merasakan efek positif dari modernisasi, rata-rata mengakui bahwa perubahan yang terjadi sangat signifikan dan positif. Utamanya dalam hal integritas dan kinerjanya. Sebagai contoh suatu saat ketika kami diundang untuk sosialisasi peraturan perpajakan baru di sebuah lembaga.Kami datang tepat waktu jam 08.00 WIB sesuai jadwal acara. Merekapun kelabakan karena belum siap. Dan waktu acara selesai kami menolak dengan halus saat hendak diberi uang tranport dan cinderamata.  Mereka tampak terkagum-kagum. Salah seorang pengurusnya sempat berkata begini “Kalo mengundang orang pajak, persiapan kita harus sesuai jadwal. Sekarang mereka tepat waktu”.
Kemudian dari pihak KPK. Lembaga yang masih mandapat kepercayaan publik ini menyatakan bahwa saat ini DJP sudah memiliki integritas yang sangat baik dan menyatakan bahwa hampir tidak ada lagi gratifikasi di dalamnya. Dan yang terakhir adalah adanya penilaian dari pihak luar negeri yang menyatakan bahwa terbongkarnya kasus GT justru merupakan konsekuensi dari berjalannya roda modernisasi di instansi ini. Sejumlah negara bahkan berniat melakukan studi banding masalah modernisasi di DJP.
 Jadi, dari merekalah kita bisa memulai. Untuk membuktikan tekad kita bahwa kita sudah melakukan “SESUATU”. Sebuah  reformasi birokrasi paling fenomenal yang pernah ada di negeri ini. Yang mampu membalikkan segala sesuatu dengan sangat cepat. Membalik jumlah bad man yang dulunya mayoritas menjadi minoritas. Memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada orang-orang yang punya integritas untuk mengadi. Dari mereka juga (utamanya dari Wajib Pajak) kita berharap adanya informasi yang bersifat getok-tular (dari mulut ke mulut) mengenai  modernisasi DJP untuk mengubah penilaian masyarakat umum mengenai DJP, mengenai integritasnya, mengenai kinerjanya dan mengenai sebuah institusi yang mereka impikan ...
Akhirnya marilah kita berdoa, semoga ada campur tangan Tuhan di sini. Agar kita mampu bangkit, berjalan dan kemudian berlari ke depan memimpin perubahan. DJP ……. Maju ……. Pasti !!!

SETIAP ORANG DILAHIRKAN KAYA RAYA


Percaya ndak kalo kita semua sebenarnya sangatlah kaya raya? Kalo ga percaya dan masih ragu-ragu mari kita hitung nilai aset yang secara tidak sadar telah lama kita miliki.
Apakah anda memilik anak (semoga yang belum dikaruniai anak segera mendapatkannya) ? Jika anda memiliki seorang anak, bolehkah jika anak anda dibeli senilai 100 milyar ? Jawabannya tentu saja tidak. Jadi silahkan hitung berapa nilai kekayaan bagi orang yang memiliki lebih dari satu anak. Kemudian untuk ayah kita. Bolehkah beliau dibeli seharga 100 miyar? Pasti tidak boleh. Padahal nilai ibu kita adalah 3 kali nilai ayah kita. Belum lagi lengan senilai  5 milyar perbatang , mata 10 milyar perbiji dan akan meningkat harganya jika dijual sepasang, yaitu menjadi sekitar 25 milyar. Anda bahkan tidak mungkin mau dibayar  1 trilyun jika kesehatan anda diganti dengan suatu penyakit kronis.
Tentu saja itu hanyalah ilustrasi. Nggak ada yang mau beli semua aset-aset tersebut. Tetapi bukankah merupakan suatu fakta yang tak terbantahkan jika kita memiliki sesuatu yang berharga sangat mahal yang kadang-kadang kita sendiri tidak menyadarinya.
Saya tidak meremehkan setiap problematika yang setiap saat selalu menyertai kehidupan kita. Saya cuma berharap agar teman-teman yang merasa menghadapi persoalan yang seakan-akan tidak terselesaikan menjadi merasa lebih ringan dengan mengingat bahwa kita masih memiliki segala sesuatu yang mampu membuat kita bahagia. Jadi bagi yang merasa terbebani karena masalah keuangan, pekerjaan, pasangan hidup, keluarga, dan lain-lain, marilah kita berhitung kembali. Lebih besar yang mana, nikmat yang kita miliki ataukah persoalan yang kita hadapi. Kalo menurut hitungan kita nikmat yang ada masih lebih besar, maka itu merupakan modal yang bagus untuk menyelesaikan masalah yang ada.  Jika menurut anda ternyata persoalannya sudah sedemikian berat dan sepertinya tidak terpecahkan, maka saya hanya bisa mendoakan agar persoalan yang anda hadapi segera menemukan jalan keluar …

ORANG-ORANG SPESIAL

Tanpa sadar kita sering menunggu sesuatu yang sebenarnya setiap saat sudah ada di pelupuk mata kita sendiri. Sebagai contoh, coba mari kita lihat isi perabot rumah kita. Terutama untuk peralatan makan yang bagus-bagus atau yang paling bagus. Apakah setiap hari peralatan itu telah kita gunakan? Kalau sudah ya alkhamdulillah. Tetapi jika belum, kapan lagi kita akan menikmatinya. Apakah kita mesti menunggu orang-orang spesial dan/atau momen yang spesial untuk menggunakannya?. Hmm … Kalau begitu maka segera ambil, keluarkan dan gunakan semuanya hari ini juga. Lho kok ?
Ini faktanya. Anda kira siapakah orang-orang spesial yang kita tunggu selama ini. Siapa yang lebih spesial buat kita melebihi orang tua, anak dan istri/suami kita ?
Anda kira momen spesial apakah yang kita tunggu selama ini ? Momen spesial model apalagi yang melebihi keindahan saat berkumpul dan bercanda ria dengan keluarga kita?
Ya. Memang begitulah adanya. Orang tua, anak dan istri/suami adalah orang-orang yang paling berhak mendapatkan segala sesuatu yang terbaik yang kita miliki. Merekalah orang-orang spesial yang sesungguhnya, yang setiap saat selalu menghadirkan momen-momen paling spesial dalam hidup kita. Mereka pula yang paling berhak atas kasih sayang kita, senyum dan keramahan kita, perlindungan kita, dan segala sesuatu yang baik-baik yang mampu kita berikan.
Oleh karena itulah, sekali lagi saya katakan, segera ambil dan keluarkan peralatan makan minum yang terbaik yang ada di rumah kita. Jadikan malam ini sebagai makan malam special, menggunakan peralatan spesial, bersama orang-orang paling spesial!
Ataukah kita lebih suka jika perabot mahal itu tetap hanya dinikmati oleh kecoa, tikus dan semut ???