KOMERSIAL

Rabu, 20 April 2011

MOBIL PENUH BERKAT

Saya tidak tahu apakah ini merupakan ujian atau anugerah dari Tuhan. Tetapi peristiwa ini bagi saya cukup mengherankan. Suatu kebetulan yang cukup aneh.
Sampai dengan saat ini saya belum mendapat karunia berupa penempatan kerja di kampung halaman sendiri (Bismillah. Moga-moga harapan saya terkabul). Oleh karena itu saya termasuk jarang berada di kampung sendiri.Mungkin paling banter frekuensinya setahun 2 kali saja.
Tapi dalam momen pulang kampung yang sebenarnya terbilang cukup jarang itu ternyata saya mengalami kejadian yang boleh dibilang cukup menarik. Dalam dua kesempatan pulang kampung dengan waktu yang berlainan itu saya dua kali didatangi oleh tetangga yang minta tolong untuk mengantar keluarganya ke rumah sakit (sayang salah satunya tidak tertolong). Dan rupanya peristiwa itu kemudian terulang.
Tetapi kali ini kejadiannya adalah di tempat kerja saya di Jakarta. Kejadian pertama adalah ketika ada tetangga kampung yang bekerja di Jakarta sakit. Karena kalau harus membesuk ke Jakarta terlalu jauh, maka Ibu saya menyuruh saya yang membesuknya. Walaupun jaraknya cukup jauh (saya di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, sedangkan tetangga saya dirawat di RS Sumber Waras, Jakarta barat. Dan pada dasarnya saya orangnya malas bepergian), saya tetap menyempakan diri pergi ke rumah sakit itu (dalam keadaan seperti ini setan pasti bekerja sangat keras mencegah saya melakukan tugas mulia ini).
Alkhamdulillah akhirnya semua berlangsung sesuai rencana. Sayang sekali pada akhirnya tetangga saya yang sakit itu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Tetapi saya masih bisa mensyukuri satu hal, yaitu bahwa saya masih sempat membesuknya sesuai perintah ibu. Jadi saya dan Ibu saya tidak dihinggapi rasa penyesalan walaupun tentu saja hati kami sangat sedih saat tetangga kami itu berpulang.
Rupanya kejadian demi kejadian yang mirip ini belum berakhir di sini saja.
Peristiwa terakhir yang saya alami juga tidak jauh berbeda dengan yang sudah-sudah. Saat saya mengantar anak saya periksa ke sebuah klinik saya menunggu di mobil karena parkiran penuh.Beberapa saat kemudian saya melihat seorang ibu dengan seorang perempuan yang masih muda menggendong anak kecil yang terus menangis.
Mungkin umur anak itu sekitar 3 atau 4 tahun. Saya menduga mereka adalah ibu dan anak bersama pembantunya.Mereka tampak kebingungan. Menelepon berkali-kali dengan roman muka memperlihatkan rasa cemas. Lama saya perhatikan. Saya pikir merka sedang menunggu jemputan atau angkutan umum.
Setelah bolak-balik menelepon kemudian si ibu sepertinya menuju ke arah saya. Mungkin mau menanyakan sesuatu. Rupanya tebakan saya salah. Ternyata ibu itu mau minta tolong diantar ke UGD-Rumah Sakit Islam Pondok Kopi mengantar anak kecil tadi. Dia baru saja mengalami musibah meminum cairan pembersih lantai merk Vi*al. Anak itu hanya tinggal dengan pembantunya di rumah. Bapak dan ibunya kedua bekerja. Saat itu kedua orang tuanya sudah ditelepon dan sedang dalam perjalanan pulang. Makanya si pembantu minta tolong ibu tadi untuk diantar ke klinik.
Klinik itu sendiri menyatakan tidak sanggup menangani dan menyuruh anak itu di bawa ke UGD-RSI Pondok Kopi. Tetapi saking tergesa-gesanya waktu berangkat, rupanya si ibu dan pembantunya tadi lupa membawa uang sehingga tidak ada ongkos untuk naik taksi.
Tentu saja setelah mendengar cerita ibu itu saya langsung mempersilahkan mereka masuk. Setelah memberitahu istri saya, secepatnya saya langsung menuju ke rumah sakit itu.
Alkhamdulillah jalanan cukup lancar. Jadi kira-kira seperempat jam kemudian kami sudah sampai di depan ruang UGD.
Anak itu segera ditangani oleh petugas. Ibu tadi berkali-kali mengucapkan terima kasih dan memohon maaf telah merepotkan. Tentu saja saya jawab bahwa saya sama sekali tidak merasa direpotkan dan malah merasa senang. Memang demikian itulah adanya.
Ibu itu sepertinya merasa bahwa saya sangat berjasa dan telah berbuat baik. Setelah itu kamipun berpisah.
Seandainya saya bertemu dengan ibu tadi, saya ingin katakan kepada beliau begini: Ibulah yang paling berjasa di sini. Ibulah yang membawa anak itu ke klinik, ibu juga yang meminta saya mengantar anak itu ke rumah sakit. Selanjutnya ibu pula yang merawat dan menjaga anak itu di UGD.
Saya hanya salah satu obyek dari rangkaian kebaikan ibu. Di sini ibu adalah subyeknya, pemeran utama dari lakon tentang perbuatan mulia ini. Saya hanyalah pemeran pembantu saja. Atau malah cuma figuran.
Saya berharap kedua orang tua anak itu berterima kasih mempunyai tetangga seperti ibu tadi. Tidak hanya kedua orang tua anak itu, sayapun seharusnya turut mengucapkan terima kasih karena telah dilibatkan dalam amal perbuatan baiknya.
Dan tentu saja saya tidak lupa bersyukur kepada Allah telah diberi kesempatan berbuat baik.
Demikianlah rangkaian cerita yang melibatkan mobil saya.
Sekali lagi seperti sudah saya kemukakan di awal cerita ini, saya tidak tahu ini merupakan ujian atau anugerah dari Yang Maha Kuasa.
Tetapi karena setiap sehabis mengalami peristiwa demi peristiwa hati kami merasa puas dan bahagia, maka kami menjuluki mobil kami sebagai MOBIL PENUH BERKAT ...

Selasa, 19 April 2011

DPR dan Tukang Sampah: Siapa lebih penting?

Suatu saat istri saya bercerita bahwa di sekolah anak saya yang masih TK, jika ada anak yang malas membaca atau menulis oleh gurunya akan ditakut-takuti bahwa besarnya mereka akan jadi tukang sampah.
Hmm … tukang sampah … Memangnya ada masalah apa dengan pekerjaan sebagai tukang sampah. Hati nurani saya benar-benar merasa terusik. Menurut saya, tukang sampah adalah pekerjaan yang sangat penting dan mulia. Tidak boleh ada yang merendahkan seseorang yang bekerja sebagai tukang sampah.
Kita cenderung menghormati sesuatu dari kemasannya tanpa memandang isinya.
Coba sekarang kita bandingkan peran tukang sampah jika dibandingkan dengan misalnya para anggota DPR di  negara kita, yaitu negara antah berantah.
Apakah aktifitas kita akan terganggu jika para anggota dewan yang terhormat itu tidak masuk kerja? Saya rasa bukan hanya tidak ada pengaruhnya terhadap kehidupan kita sehari-hari, tetapi bahkan ada dan tidak adanya mereka, masuk kerja atau absennya mereka kita tidak tahu.
Tetapi jika tukang sampah tidak datang selama 2 atau 3 hari saja. Apa akibatnya? Ibu-bu resah. Mekanisme kehidupan yang telah berlangsung selama ini langsung terganggu keseimbangannya. Ingat kasus sampah di Bandung bukan? Itu menunjukkan begitu pentingnya sosok seorang tukang sampah. Keberadaannya diperlukan, ketidakhadirannya dirindukan. Semua orang memerlukannya jasanya.
Sayang sekali semua ini tidak terdapat dalam diri para politikus di DPR (semoga tidak semuanya seperti ini). Jika melihat kinerjanya selama ini, barangkali banyak orang yang menilai bahwa mungkin lebih baik mereka tidur dan makan gaji buta saja sepanjang tahun, kemudian biaya operasionalnya dibuat untuk membangun dan memperbaiki gedung-gedung sd di seluruh tanah air. Kemungkinan besar hasilnya akan kelihatan lebih nyata.
Bayangkan pengaruhnya jika biaya studi banding ke luar negeri, pembangunan gedung baru, dan lain-lain dialihkan alokasinya menjadi biaya pendidikan, kesehatan, kredit usaha kecil, perumahan, dan lain-lain yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin. Tapi sekali lagi nampaknya kita cuma bisa membayangkan.
Coba bandingkan dengan para anggota parlemen di negara idaman kita, yaitu Indonesia. Di negeri ini para anggota DPR-nya benar-benar merupakan representasi dari rakyat yang diwakilinya. Gedung parlemen disana dihuni oleh orang-orang yang selalu ingat bahwa mereka setiap saat bisa dicabut nyawanya, tahu bahwa harta tidak akan dibawa masuk ke liang kubur dan jabatan adalah sebuah amanah yang kelak akan diminta pertanggung jawabannya.
Saat ini kabarnya, untuk menghargai dan menghormati para jasa tukang sampah, para anggota dewan di Indonesia juga tengah mengusulkan pembangunan perumahan khusus untuk para tukang sampah di seluruh Indonesia dengan dana sebesar 1,168 trilyun rupiah. Dan tampaknya rakyatpun mendukung sepenuhnya proyek prestisius yang mengundang decak kagum dunia itu. Sebuah negara yang demikian menghargai jasa-jasa warganya sendiri.
Lalu sayapun tersadar dari lamunan untuk kemudian berharap dalam hati, adakah kemungkinan para anggota dewan yang terhormat di negeriku bisa tergugah hatinya? Bisakah kemudian beliau-beliau berubah pikiran membatalkan rencana membangun gedung mewah dan ngotot mengalihkannya menjadi proyek nasional untuk membangun perumahan khusus untuk para tukang sampah di seluruh negeri kami? Saya menduga hampir seluruh rakyat negeri kami akan lebih setuju dengan proyek ini. Dan negeri kamipun kembali menjadi negeri yang bermartabat di mata dunia.
Wallahu alam bishawab

Sabtu, 16 April 2011

Menjaga Hati

Dalam pergaulan sehari-hari hendaklah kita tetap mengedepankan logika daripada emosi. Meminjam istilah yang sangat populer "Hati boleh panas, tetapi kepala harus tetap dingin".
Sebagai contoh dapat kita ambil saat kita menhadapi kejadian atau isu yang berbau SARA. Semisal kejadian perusakan/pembakaran rumah ibadah/gereja di Temanggung. Saat peristiwa itu terjadi, banyak teman-teman saya yang beragama Nasrani ramai-ramai membuat status di berbagai situs jejaring sosial (utamanya facebook) yang intinya secara implisit menyalahkan umat Islam.
Saya sendiri cuma berpikir begini: Apa sih gunanya mereka membuat statemen seperti itu? Siapa yang akan membaca statemen mereka? Rasanya nyaris mustahil para pelaku perusakan rumah ibadah itu, orang yang seharusnya menjadi tujuan dibuatnya statemen mereka, membaca status mereka.
Jadi siapa akhirnya yang membaca statemen mereka?
Tentu saja semua teman-teman mereka di situs jejaring sosial yang mau tidak mau harus membaca statemen mereka. Orang-orang yang secara sadar sudah mereka akui  dan diputuskan untuk dijadikan teman-teman mereka. Orang-orang yang sama sekali tidak bersalah dan tidak ada hubungan sama sekali dengan peristiwa pembakaran rumah ibadah. Orang-orang yang menjadi teman mereka yang seharusnya mereka jaga perasaannya.
Akibatnya?
Paling tidak hal tersebut akan membuat teman-teman mereka yang muslim merasa tidak enak.
Terus apa pengaruhnya terhadap para pelaku yang sebenarnya? Tidak ada sama sekali!
Apa mereka pikir umat Islam mendukung tingkah laku para perusuh itu? Sungguh tidak sama sekali. Saya yakin sekali, sebagian sangat besar umat Islam tidak mendukung dan bahkan menentang  tindakan para perusuh melakukan perusakan rumah ibadah.
Contoh paling aktual yang bisa kita ambil sebagai pelajaran adalah peristiwa pembom bunuh diri di sebuah masjid di Cirebon. Di situ dapat kita lihat bahwa para perusuh itu bukan hanya memusuhi umat atau rumah ibadah agama lain bukan? Mereka bahkan memusuhi orang-orang yang satu keyakinan. Ini membuktikan bahwa mereka saat ini menjadi musuh bersama bagi warga Indonesia yang mendambakan perdamaian.
Oleh karena itu saya selalu berpikir seribu kali dan semoga tidak akan pernah membuat status atau statemen di situs jejaring sosial yang berpotensi membuat teman-teman saya yang berbeda keyakinan menjadi tersinggung atau paling tidak membuat mereka menjadi tidak enak hati.
Kenapa saya selalu berusaha menjaga diri dan sebisa mungkin menghindarkan diri dari membuat statemen-statemen semacam itu?
Itu saya lakukan karena menurut saya, jika saya membuat statemen yang berbau SARA yang secara implisit maupun eksplisit menyalahkan pemeluk atau ajaran agama tertentu, maka sama halnya saya berkata kepada mereka begini:
"Ini lho kelakuan saudara-saudaramu! Ini lho ajaran agama yang kamu anut!"
Misalnya jika saya membuat status atau tautan di facebook yang isinya begini "Pendeta Terry Jones akan membakar Al-Quran".
Bukankah sama saja saya menunjuk hidung teman-teman saya yang beragama Nasrani sambil berkata:
"Nih lihat! Kelakuan pemimpin agamamu! Ekstremis, rasialis, tukang hasut, tidak toleran, dan lain-lain!".
Bukankah sama saja saya menyalahkan dan menyama-ratakan kelakuan teman-teman dan sahabat-sahabat saya yang beragama Nasrani dengan kelakuan Pendeta Terry Jones.
Menurut saya itu sama sekali tidak fair.
Pendeta Terry Jones hanyalah oknum. Saya yakin sekali, sebagian besar umat Nasrani tidak seperti itu. Teman-teman dan sahabat-sahabat saya umat Nasrani pastilah tidak seperti itu. Mereka semua adalah teman-teman dan sahabat-sahabat saya yang baik. Orang-orang yang akan selalu berusaha saya jaga perasaannya. Orang-orang yang yang tidak pernah akan saya sakiti baik secara perkataan maupun perbuatan.
Jadi, ke depan saya berharap, agar kita semua, baik yang beragama Islam maupun teman-teman yang berbeda keyakinan agar lebih mengedepankan tenggang rasa, menjaga perasaan dan berpikir lebih dewasa bila akan bertindak, berkata, menyatakan pendapat atau membuat suatu statemen.
Saya rasa ini akan berpengaruh lebih baik untuk menjaga kerukunan dalam pergaulan sehari-hari.
Wallahu alam bishawab.
Salam BKH ...

Resep Rahasia KFC


Legenda penuh misteri tak terpecahkan tantang resep ayam goreng tepung KFC yang ditemukan oleh Kolonel Harland Sanders berupa ramuan 11 tanaman dan rempah-rempah beserta takarannya sudah bertahan sejak tahun 1940 sepertinya tidak pernah selesai dibicarakan. Menurut saya, misteri kerahasiaan resep itu memang tidak akan pernah terpecahkan.
Kita tidak akan pernah mampu menemukan resep rahasia tersebut. Kenapa? Karena resep rahasia itu sebenarnya ada di dalam pikiran kita masing-masing. Keyakinan bahwa resep rahasia itu memang sesuatu yang luar biasa sulit ditiru dan merupakan perpaduan bumbu yang sangat enak telah tertanam kuat dalam alam bawah sadar para penggemarnya.
Jadi ketika mereka memakan ayam goreng KFC, otak mereka sudah menyatakan bahwa rasanya enak. Karena fungsi otak adalah sebagai pengendali organ tubuh yang lain termasuk lidah sebagai bagian tubuh yang bertugas mendeteksi cita rasa makanan, maka otomatis lidahnyapun akan menyatakan bahwa ayam goreng KFC rasanya memang sangat lezat. Kelihaian manajemen dan terutama bagian PR-lah yang membuat legenda ini terus berlangsung hingga kini.
Padahal kalau kita mau berpikir rasional atau menggunakan akal sehat kita, kelezatan ayam goreng KFC sebenarnya sudah tersaingi (kalau tidak boleh disebut dikalahkan) oleh beberapa franchise ayam goreng tepung kelas kaki lima. Tengoklah ayam goreng tepung kelas kaki lima semisal merek S*B*NA atau S*R*SO, dan lain-lain. Dari segi citarasa, ukuran, apalagi kalau ditinjau dari segi harga yang bisa mencapai hanya 40%-nya saja., maka menurut saya seharusnya KFC sudah keok.
Mungkin hanya tinggal satu saja keunggulan rasional yang dimiliki oleh KFC dibanding pesaing-pesaing kecilnya itu, yaitu tempat dan kemasannya yang memang lebih representative. Dan keunggulan utamanya ya seperti yang sudah kita bahas di atas berupa pikiran irasional tentang resep rahasia ayam goreng KFC.
Mari kita berpikir rasional dan cintailah produksi dalam negeri.

Salam BKH ...

Senin, 04 April 2011

PEDULI SESAMA

Suatu saat di satu wilayah terjadilah bencana alam yang luar biasa. Kepungan lahar mengepung dua buah desa.  Jika tidak ada suatu keajaiban, maka desa dan seluruh penduduknya akan lenyap terkubur.
Tetapi karena pemimpin kedua desa itu adalah orang-orang yang sangat taat beribadah, maka Tuhan masih berkenan memberikan kesempatan kepada keduanya untuk menyelamatkan penduduk desa itu. Dia mengutus dua orang malaikat untuk menyampaikan maksudnya kepada mereka untuk menyelamatkan warga desanya. Tuhan hanya memberikan satu syarat yang tertulis dalam surat yang terbungkus amplop tertutup. Isinya  yaitu persyaratan bagi kedua pemimpin desa itu dalam memilih siapa  saja yang akan diselamatkan. Surat itu diperintahkan dibaca setelah kedua pemimpin itu selesai menjalani ujian.
Malaikat itupun membawa mereka ke atas bukit yang tinggi. Tempat yang baru saja disediakan untuk menampung warga desa mereka.
Secara terpisah, tanpa mengetahui satu sama lain kemudian mereka ditawarkan siapa saja yang akan diselamatkan.
Malaikat: “ Hai Tuan A. Urutkan siapa saja penduduk desamu yang akan kau selamatkan?”
Tuan A : “Saya dahulu Tuan”. Jawabnya.
Malaikat : “Apa alasan Tuan A memilih diri sendiri pertama kali?”.
Tuan A: “Saya akan mempersiapkan dan memimpin mereka kembali agar desa menjadi makmur. Tanpa saya, saya takut mereka akan seperti anak ayam kehilangan induk Tuan. Mereka akan kebingungan”.
Malaikat: “Kalau begitu, hanya Tuan yang dapat saya selamatkan. Setelah ini segeralah Tuan  menuju ke desa Tuan”.
Dalam hati Tuan A bertanya-tanya, campur antara rasa sedih karena tidak bisa menyelamatkan keluarga dan warga desanya, dengan rasa suka karena dirinya selamat dari bencana.
Kemudian malaikat menanyai Tuan B.
Malaikat: “Wahai Tuan B. Urutkan siapa saja penduduk desa Tuan yang akan kau selamatkan?”.
Tuan B: “ Ibu dan Bapak saya Tuan …”.
Malaikat: “Lalu …?”
Tuan B: “ Anak dan istri saya Tuan …”
Malaikat: “Lalu …?”
Tuan B: “ Kakek dan nenek saya Tuan …”
Malaikat: “Lalu …?”
Tuan B: “ Pegawai-pegawai saya Tuan …”
Malaikat: “Lalu …?”
Tuan B: “ Tetangga-tetangga saya Tuan …”
Begitu seterusnya sampai kemudian dari seluruh penduduk desa itu, hanya  tinggal dia yang belum disebutkan namanya.
Kemudian untuk terakhir kalinya malaikat itu bertanya lagi: “Lalu …?”
Tuan B: “Kalau Tuan masih berkenan, mohon saya juga ikut diselamatkan Tuan …”
Malaikat: “Apa alasan permintaanmu ini …?”.
Tuan B: “Saya ingin mendampingi dan melayani mereka Tuan. Saya bahagia menjadi pelayan bagi warga saya Tuan …”.
Malaikat: “Baiklah … Permintaanmu dikabulkan …”.
Begitu melihat seluruh penduduk desa yang dipimpin oleh sahabatnya diselamatkan, Tuan A bertanya setengah protes kepada malaikat.
Kata Tuan A “Wahai Tuan Malaikat. Kenapa sahabatku bisa menyelamatkan seluruh warga desanya sedangkan saya tidak …?”.
Dengan tenang sang malaikat itu menjawab “ Tuan-tuan sekalian. Apa yang saya lakukan adalah sesuai dengan perintah Tuhan kepada saya. Marilah kita buka surat ini dan kita baca isinya …!”.
Malaikat membuka surat dan mereka bertigapun dapat membaca isi surat itu:
“PERINTAHKAN MEREKA MEMILIH SATU PERSATU PENDUDUK DESA YANG AKAN DISELAMATKAN. SIAPAPUN BOLEH MEREKA PILIH, SYARATNYA CUMA SATU “MEREKA MENJADI ORANG TERAKHIR YANG HARUS DISELAMATKAN. APABILA MEREKA SUDAH MENYELAMATKAN DIRINYA SENDIRI, MAKA MEREKA TIDAK LAGI DAPAT MENYELAMATKAN PENDUDUK DESA YANG LAIN. INI ADALAH HADIAH DAN UJIAN BAGI KEIKHLASAN MEREKA BERDUA”.
Malaikat berkata: “Tuan A, kamu memang orang shaleh yang taat beribadah, tetapi Tuan lebih memikirkan diri sendiri daripada orang lain. Tuan lebih memikirkan keselamatan diri sendiri. Tuan menganggap tuan begitu penting di hadapan warga, sehingga tuan merasa bahwa warga desa tidak akan mampu bertahan tanpa keberadaan Tuan. Pergilah ke desa yang telah saya sediakan …”.
Malaikat itu berkata lagi: “Tuan B, anda adalah seorang pemimpin yang sesungguhnya. Taat beribadah dan lebih memikirkan kepentingan orang lain daripada tuan sendiri. Tuan memimpin warga desa tuan sebagai pelayan. Tuan tidak pernah merasa lebih penting dari orang lain. Berbahagialah tuan dengan seluruh warga desa Tuan. Tempatilah desa yang telah saya sediakan … !”.

Tuan A terperangah. Dia merasa malu dan sedih karena hanya dia sendiri yang hidup di desanya. Tanpa keluarga, tanpa tetangga dan tanpa warga desanya.
Sedangkan Tuan B hidup berbahagia dengan seluruh keluarga dan warga desanya.
Moral cerita:
Ketaatan dan keshalehan yang hanya dalam berhubungan dengan Tuhan tidaklah cukup. Itu tidak akan mendatangkan kebahagiaan. Ketaatan kepada Tuhan harus disertai keshalehan sosial. Yaitu keshalehan ketika bergaul dengan keluarga, tetangga, dan orang-orang lain di sekitar kita. Itulah bentuk keshalehan yang lengkap .
Salam …