Dalam pergaulan sehari-hari hendaklah kita tetap mengedepankan logika daripada emosi. Meminjam istilah yang sangat populer "Hati boleh panas, tetapi kepala harus tetap dingin".
Sebagai contoh dapat kita ambil saat kita menhadapi kejadian atau isu yang berbau SARA. Semisal kejadian perusakan/pembakaran rumah ibadah/gereja di Temanggung. Saat peristiwa itu terjadi, banyak teman-teman saya yang beragama Nasrani ramai-ramai membuat status di berbagai situs jejaring sosial (utamanya facebook) yang intinya secara implisit menyalahkan umat Islam.
Saya sendiri cuma berpikir begini: Apa sih gunanya mereka membuat statemen seperti itu? Siapa yang akan membaca statemen mereka? Rasanya nyaris mustahil para pelaku perusakan rumah ibadah itu, orang yang seharusnya menjadi tujuan dibuatnya statemen mereka, membaca status mereka.
Jadi siapa akhirnya yang membaca statemen mereka?
Tentu saja semua teman-teman mereka di situs jejaring sosial yang mau tidak mau harus membaca statemen mereka. Orang-orang yang secara sadar sudah mereka akui dan diputuskan untuk dijadikan teman-teman mereka. Orang-orang yang sama sekali tidak bersalah dan tidak ada hubungan sama sekali dengan peristiwa pembakaran rumah ibadah. Orang-orang yang menjadi teman mereka yang seharusnya mereka jaga perasaannya.
Akibatnya?
Paling tidak hal tersebut akan membuat teman-teman mereka yang muslim merasa tidak enak.
Terus apa pengaruhnya terhadap para pelaku yang sebenarnya? Tidak ada sama sekali!
Apa mereka pikir umat Islam mendukung tingkah laku para perusuh itu? Sungguh tidak sama sekali. Saya yakin sekali, sebagian sangat besar umat Islam tidak mendukung dan bahkan menentang tindakan para perusuh melakukan perusakan rumah ibadah.
Contoh paling aktual yang bisa kita ambil sebagai pelajaran adalah peristiwa pembom bunuh diri di sebuah masjid di Cirebon. Di situ dapat kita lihat bahwa para perusuh itu bukan hanya memusuhi umat atau rumah ibadah agama lain bukan? Mereka bahkan memusuhi orang-orang yang satu keyakinan. Ini membuktikan bahwa mereka saat ini menjadi musuh bersama bagi warga Indonesia yang mendambakan perdamaian.
Oleh karena itu saya selalu berpikir seribu kali dan semoga tidak akan pernah membuat status atau statemen di situs jejaring sosial yang berpotensi membuat teman-teman saya yang berbeda keyakinan menjadi tersinggung atau paling tidak membuat mereka menjadi tidak enak hati.
Kenapa saya selalu berusaha menjaga diri dan sebisa mungkin menghindarkan diri dari membuat statemen-statemen semacam itu?
Itu saya lakukan karena menurut saya, jika saya membuat statemen yang berbau SARA yang secara implisit maupun eksplisit menyalahkan pemeluk atau ajaran agama tertentu, maka sama halnya saya berkata kepada mereka begini:
"Ini lho kelakuan saudara-saudaramu! Ini lho ajaran agama yang kamu anut!"
Misalnya jika saya membuat status atau tautan di facebook yang isinya begini "Pendeta Terry Jones akan membakar Al-Quran".
Bukankah sama saja saya menunjuk hidung teman-teman saya yang beragama Nasrani sambil berkata:
"Nih lihat! Kelakuan pemimpin agamamu! Ekstremis, rasialis, tukang hasut, tidak toleran, dan lain-lain!".
Bukankah sama saja saya menyalahkan dan menyama-ratakan kelakuan teman-teman dan sahabat-sahabat saya yang beragama Nasrani dengan kelakuan Pendeta Terry Jones.
Menurut saya itu sama sekali tidak fair.
Pendeta Terry Jones hanyalah oknum. Saya yakin sekali, sebagian besar umat Nasrani tidak seperti itu. Teman-teman dan sahabat-sahabat saya umat Nasrani pastilah tidak seperti itu. Mereka semua adalah teman-teman dan sahabat-sahabat saya yang baik. Orang-orang yang akan selalu berusaha saya jaga perasaannya. Orang-orang yang yang tidak pernah akan saya sakiti baik secara perkataan maupun perbuatan.
Jadi, ke depan saya berharap, agar kita semua, baik yang beragama Islam maupun teman-teman yang berbeda keyakinan agar lebih mengedepankan tenggang rasa, menjaga perasaan dan berpikir lebih dewasa bila akan bertindak, berkata, menyatakan pendapat atau membuat suatu statemen.
Saya rasa ini akan berpengaruh lebih baik untuk menjaga kerukunan dalam pergaulan sehari-hari.
Wallahu alam bishawab.
Salam BKH ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar