KOMERSIAL

Sabtu, 11 Juni 2011

Hikmah : Tuhan Membalas Tekadku Berbuat Jujur


Pada waktu menjelang UASBN SD anak saya berlangsung, banyak rumor yang beredar bahwa nilai UASBN dapat dijamin tinggi dengan melakukan "SESUATU". Saya dan istri sama sekali tidak tertarik. Mending nilai UASBN anak saya rendah tetapi itu merupakan hasil keringatnya sendiri. Kemampuan diri sendiri yang dilandasi kejujuran. Melakukan "sesuatu" yang saya maksud di sini adalah meminta pihak tertentu meninggikan nilai hasil UASBN. Rupanya modus pembocoran soal sudah mulai bergeser dengan modus baru yang satu ini. Dengan memperoleh nilai tinggi, para orang tua berharap anaknya dapat masuk ke SMP-SMP negeri favorit. Ini akan membuat biaya sekolah menjadi irit dibanding harus masuk sekolah swasta.
Dan setelah ujian selesai, benar saja. Nilai anakku kalah dari beberapa temannya yang dalam kegiatan sehari-hari kemampuannya ada di bawah anakku. Nilai rata-ratanya tinggi sekali. Yang cukup aneh adalah ada keluarga teman anakku yang sudah tahu bahwa nilai UASBN-nya tinggi sebelum nilainya diumumkan. Tetapi saya sendiri tetap memilih untuk tidak berprasangka buruk kepada mereka. Menyalahkan orang lain bukanlah tipe saya. Sifat ini selalu saya buang jauh-jauh dari kehidupan saya. Sehingga saya tetap berpikir bahwa nilai anakku kurang tinggi karena mungkin memang kurang belajar (padahal nilai anakku cukup tinggi juga. Rata-rata 8,5. Anakku juga sama sekali tidak ikut bimbingan belajar. Saya kasihan kalau melihat anakku harus belajar seharian sampai kehilangan waktu bermainnya. Biarlah dia berkembang apa adanya dan tidak kehilangan masa anak-anaknya).
Saya kasihan sekali melihat anak dan istriku. Anakku sedih sekali. Istriku bahkan sampai menangis. Tapi saya sendiri tetap tegar. Saya sama sekali tidak menyesal. Menurutku ini tetap merupakan pilihan terbaik. Dalam riwayat pendidikan anakku, tidak boleh ada ketidakjujuran. Biarlah misalnya nanti terpaksa anakku tidak masuk SMP favorit dan harus bersekolah di sekolah swasta yang mahal dan mutunya kurang bagus, saya tetap akan menerimanya dengan lapang dada.
Pendaftaran dimulai. Karena Disdik DKI Jakarta sudah menggunakan PPDB-Online, saya percaya sekali tidak akan ada kecurangan di sini. Kecurangan hanya bisa dilakukan sebelum PPDB-Online dilakukan (dengan merekayasa nilai saat ujian UASBN SD). Anakku kudaftarkan di SMP-SMP negeri favorit yang posisinya paling dekat dengan rumah. Karena SMP yang paling kami inginkan adalah SMPN 252, maka urutan prioritas yang kami isikan di formulir (kalo gak salah Formulir F2) adalah:
1.SMP 252, 2. SMP 109, 3. SMP 255, 4. SMP 199, dan 5. SMP 139. Sebagai tanda terima kepada kami diberikan formulir F3. Kamipun tinggal memantaunya dari rumah melalui internet. Pertama kali kami buka, ternyata anakku sudah terlempar ke urutan pilihan nomor 4, yaitu SMP 199. Beberapa jam kemudian sudah terlempar ke pilihan ke 5, yaitu SMP 139. Dan akhirnya anakku terlempar juga dari pilihan terakhir. Yang paling mengecewakan, nilai anakku tepat berada di garis batas nilai yang tidak diterima di SMP 139.
Dan ada satu kejadian lagi yang sepertinya merupakan cobaan juga buat kami, yaitu ketidak tahuan kami akan adanya formulir F4. Formulir F4 yang kami pegang ini ternyata berfungsi mengubah pilihan di pendaftaran apabila kami tidak diterima di semua SMP yang kami pilih di formulir pendaftaran pertama (Formulir F2) dengan syarat pendaftaran belum ditutup. Tetapi mungkin karena saking kalutnya perasaan kami waktu itu sampai-sampai kami tidak tahu keberadaan formulir F4 beserta fungsinya. Kalau kami mengetahuinya pastilah kami akan datang ke tempat pendaftaran dan mengubah pilihan SMP-nya walaupun kualitasnya kurang bagus dan jaraknya cukup jauh dari rumah dan harus beberapa kali ganti angkutan. Yang penting masuk SMP negeri karena biayanya akan murah.
Jadi akhirnya anakku tidak diterima di semua SMP negeri dan harus bersekolah di SMP swasta. Tapi kami sudah menyiapkan hati kami untuk menerimanya.
Kalau dipandang saat itu, sepertinya ini merupakan hukuman dan cobaan dari Tuhan buat kami. Tidak diterima di pilihan terakhir dengan nilai tepat di batas bawah dan tidak tahu adanya formulir F4 dan fungsinya untuk mengubah pilihan sekolah. Dua kejadian itu pastilah akan membuat sesak napas semua orang tua yang sedang mencari sekolah untuk anak-anaknya.
Tapi ternyata di situlah Allah membalas tekad kami untuk mempertahankan kejujuran dan menolak berbuat curang.
Inilah fakta yang terjadi kemudian:
1. Tuhan menempatkan nilai anakku tepat berada di batas paling atas nilai pendaftar yang tidak diterima (berarti nilai anakku adalah nilai  tertinggi dari pendaftar yang tidak diterima di 5 SMP pilihan anakku).
2. Tuhan juga yang menutup mata kami agar tidak melihat formulir F4. Jika kami tahu ada formulir F4 kami pasti memanfaatkannya. Sehingga anakku akan diterima di SMP negeri yang kualitasnya biasa-biasa saja. Karena dilihat dari passing grade-nya, nilai anakku sudah pasti diterima.
3. Kedua keadaan di ataslah yang membuat anakku memenuhi persyaratan untuk melakukan pendaftararan di kesempatan terakhir. Yaitu pendaftaran untuk mengisi bangku kosong (bangku kosong yaitu formasi kosong yang ditinggalkan oleh anak yang diterima tetapi tidak melakukan pendaftaran ulang sampai dengan batas waktu yang ditentukan).
Setelah proses dafar ulang selesai maka masing-masing sekolah mengumumkan jumlah bangku kosong yang ada. Di SMP 252 ada 5 bangku kosong. Syarat mendaftar adalah siswa yang benar-benar tidak diterima di semua SMP pada pendaftaran pertama. Saya langsung merinding waktu itu.
Bukankah dengan demikian anakku memenuhi syarat untuk ini ?
Ditambah lagi nilai UASBN anakku adalah nilai tertinggi dari pendaftar yang tidak lolos pada pendaftaran pertama. Itu artinya anakku akan melakukan pendaftaran dengan modal nilai UASBN tertinggi dan tinggal tunjuk saja mana SMP yang ingin dimasuki.
Demikianlah. Akhirnya kami melakukan pendaftaran untuk pengisian bangku kosong. Urutan prioritas tetap sama dengan pendaftaran pertama. Yaitu : 1.SMP 252, 2. SMP 109, 3. SMP 255, 4. SMP 199, dan 5. SMP 139. Anakkupun berhasil masuk ke SMP yang kami idam-idamkan. Dekat dengan rumah (satu komplek dengan perumahan kami) dan merupakan sebuah SMP Negeri favorit.
Alkhamdulillah atas karuniamu Ya Allah ...
Kejujuran itu patut diperjuangkan ...

Wallahu alam bishawab

Tulisan ini saya persembahkan untuk Ibu Siami (Si Jujur Yang Malah Ajur - Kisahnya di sini ...) dan para orang tua yang anak-anaknya akan menjalani UASBN atau tengah berjuang untuk mencari sekolah buat anak-anaknya.

Jumat, 10 Juni 2011

Mahfud MD: Ada Sesuatu Yang Lain Dalam Dirinya ...

Sebenarnya sudah cukup lama saya ingin mengungkapkan perihal ini. Sesuatu yang baru saya temukan dalam diri seorang tokoh nasional. Yang membedakan dia dengan semua tokoh yang pernah saya amati. Ini adalah ciri-ciri seseorang yang menurut para ulama seharusnya layak untuk dipilih menjadi pemimpin.
Suatu sore saya melihat wawancara livenya dengan reporter TV ONE. Wawancara seperti ini oleh tokoh-tokoh nasional atau para politikus yang lain biasanya akan dianggap sebagai iklan gratis yang tidak boleh dilewatkan. Mereka akan memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan-kesempatan seperti ini sebagai ajang kampanye untuk kepentingan dirinya sendiri maupun untuk kepentingan partainya.
Tetapi itu tidak terjadi padanya pada wawancara live yang saya saksikan pada waktu itu. Saat itu dia adalah tokoh yang paling ditunggu pernyataannya terkait kasus uang sebesar 120 ribu dolar Singapura yang ditinggalkan oleh Nazaruddin. Kedua reporter TV ONE begitu menggebu-gebu bertanya dan mengorek keterangan darinya. Rating acara saat itu pastilah luar biasa tinggi. Suatu kesempatan emas bagi para oportunis untuk mencari dan mendongkrak popularitas.
Tapi lihatlah apa yang dia lakukan saat itu ? Meskipun wawancara sedang begitu seru dan topiknya sangat menarik dan aktual, tetapi begitu adzan Maghrib berkumandang dengan tegas dia memutus pembicaraan. Tanpa ragu-ragu dia menghentikan acara wawancara live itu karena akan melaksanakan ibadah sholat Maghrib. Saya benar-benar tidak pernah melihat tokoh lain melakukan ini. Adakah di antara pembaca yang pernah menyaksikan tokoh lain melakukan ini ?
Pada saat ditanya tentang kemungkinan maju sebagai calon presiden tahun 2014 dengan santai dia berkata: “Saya tidak ada potongan jadi presiden”. Tidak tampak ambisi yang besar dalam perkataannya.
Mahfud MD juga mengambil langkah tepat menghadapi serangan Ruhut Sitompul. Politikus yang ahli bersilat lidah itu dibuatnya mati kutu.
Wahai Tuan Mahfud MD ! Apabila anda maju sebagai calon presiden pada tahun 2014, apalagi jika berpasangan dengan Ibu Sri Mulyani (saya adalah salah satu orang yang pernah menikmati integritas wanita cerdas dan perkasa yang satu ini). Maka saya bersedia untuk dengan suka rela datang ke tempat pemilihan suara untuk memilih presiden. Sesuatu yang sampai saat ini belum pernah saya lakukan …
Semoga kali ini harapan saya tidak menemui kekecewaan lagi.
Wallahu alam bishawab …

Sumber : Kompasiana-Widayat