KOMERSIAL

Kamis, 24 Maret 2011

STIGMA

Saya akan menyebutkan beberapa kata. Carilah kata-kata lain yang berhubungan paling erat dengan kata-kata tersebut, dan saya akan mencoba menebak apa kira-kira yang terlintas di pikiran anda.
Belalai = ………
Cula = ……..                                
Piramid = …….
Saya yakin dengan spek akademis yang anda miliki saat ini, tiga kata yang terlintas di pikiran anda adalah Gajah, Badak dan Mesir. Benar bukan ? Saya sama sekali tidak punya kemampuan membaca pikiran atau kemampuan paranormal lainnya, tetapi kata-kata tersebut memang berkorelasi demikian kuat dan tertanam di benak hampir semua orang dan sangat sulit dipisahkan. Sayangnya …. Bagi kita semua, pegawai Direktorat Jenderal Pajak … Korelasi kata-kata GT dengan PAJAK yang beredar di masyarakat memang sudah sedemikian kuat. Sekuat hubungan kata BELALAI dg GAJAH, se-erat CULA dengan BADAK dan se-khas hubungan PIRAMID dengan MESIR.
Jika anda mencoba berdialog dengan masyarakat umum dengan pajak sebagai topik utama, maka hampir bisa dipastikan bahwa mereka akan membahas Gayus sebagai hal yang paling menarik untuk dibicarakan. Keadaan seperti iIni mungkin akan bertahan paling tidak 5-10 tahun ke depan (saya berharap perkiraan saya ini salah). Mengapa saya berani memperkirakan waktu yang sangat lama untuk memulihkan ini semua ? Karena fakta saat ini menunjukkan bahwa mengobok-obok DJP dan memojokkan pegawainya sedang menjadi dagangan politik paling laris. Dan kita semua tahu, bila beliau-beliau yang terhormat itu sudah menemukan komoditas seperti itu, maka kejadian selanjutnya sudah bisa kita tebak. Tidak peduli lagi moral, fakta, data, obyektifitas, logika atau apalagikah hanya sekedar menjaga perasaan dan penggunaan azas praduga tak bersalah. Mengharapkan hal seperti itu terjadi dalam pepatah Jawa diibaratkan “Kadyo nunggu kereming gabus kumambanging watu item” (Seperti menunggu tenggelamnya busa dan terapungnya batu hitam).
Memang tidak mudah membuat hiasan kristal yang indah. Butuh ketelitian, citarasa seni, biaya, waktu, bahan baku yang berkualitas, dan lain-lain. Tetapi untuk merusaknya, seseorang hanya membutuhkan sebutir kerikil kecil atau sekeping pecahan genting saja dan …, hancurlah semuanya. Dibutuhkan waktu lebih lama, usaha lebih keras dan biaya lebih tinggi lagi untuk menyusun kembali kepingan-kepingan kristal tersebut.
Kita hanya bisa berharap semoga orang-orang yang benar-benar terhormat di dewan yang terhormat segera muncul dan bersuara. Orang itu tidak perlu mendukung dan memuji-muji kita, tetapi cukup seseorang yang berbicara berdasarkan data dan fakta (kita harus yakin bahwa orang-orang seperti ini masih ada di sana). Kita juga berharap agar masyarakat  umum (yang nota bene tingkat kesejahteraannya adalah sasaran dan tujuan pokok dari semua yang kita kerjakan selama ini) segera memperoleh informasi yang berimbang, agar penilaian mereka perlahan-lahan berubah. Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka. Mungkin saja opini yang mereka yakini adalah akumulasi dari beban hidup yang semakin berat, rasa rindu akan suatu institusi yang bersih dan informasi tidak berimbang dan cenderung menyesatkan yang setiap saat mereka terima melalui berbagai sumber.
Lalu apakah semua pihak di negeri ini memang memiliki penilaian seperti itu. Nah … Kalo tadi saya menggunakan kata sayangnya, maka di sini saya menggunakan kata untungnya. Ya … Untungnya pihak-pihak yang paling berkepentingan dengan kita, yaitu para Wajib Pajak yang mulia (saya menggunakan kata-kata yang mulia karena saking senangnya ibarat menemukan secercah cahaya di tengah kegelapan dan setitik air di padang gersang),lalu  KPK dan kemudian ada juga dari pihak luar negeri.
Wajib Pajak (tepatnya mayoritas Wajib Pajak yang beritikad baik, aktif dan berhubungan langsung dengan petugas pajak), pihak yang paling merasakan efek positif dari modernisasi, rata-rata mengakui bahwa perubahan yang terjadi sangat signifikan dan positif. Utamanya dalam hal integritas dan kinerjanya. Sebagai contoh suatu saat ketika kami diundang untuk sosialisasi peraturan perpajakan baru di sebuah lembaga.Kami datang tepat waktu jam 08.00 WIB sesuai jadwal acara. Merekapun kelabakan karena belum siap. Dan waktu acara selesai kami menolak dengan halus saat hendak diberi uang tranport dan cinderamata.  Mereka tampak terkagum-kagum. Salah seorang pengurusnya sempat berkata begini “Kalo mengundang orang pajak, persiapan kita harus sesuai jadwal. Sekarang mereka tepat waktu”.
Kemudian dari pihak KPK. Lembaga yang masih mandapat kepercayaan publik ini menyatakan bahwa saat ini DJP sudah memiliki integritas yang sangat baik dan menyatakan bahwa hampir tidak ada lagi gratifikasi di dalamnya. Dan yang terakhir adalah adanya penilaian dari pihak luar negeri yang menyatakan bahwa terbongkarnya kasus GT justru merupakan konsekuensi dari berjalannya roda modernisasi di instansi ini. Sejumlah negara bahkan berniat melakukan studi banding masalah modernisasi di DJP.
 Jadi, dari merekalah kita bisa memulai. Untuk membuktikan tekad kita bahwa kita sudah melakukan “SESUATU”. Sebuah  reformasi birokrasi paling fenomenal yang pernah ada di negeri ini. Yang mampu membalikkan segala sesuatu dengan sangat cepat. Membalik jumlah bad man yang dulunya mayoritas menjadi minoritas. Memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada orang-orang yang punya integritas untuk mengadi. Dari mereka juga (utamanya dari Wajib Pajak) kita berharap adanya informasi yang bersifat getok-tular (dari mulut ke mulut) mengenai  modernisasi DJP untuk mengubah penilaian masyarakat umum mengenai DJP, mengenai integritasnya, mengenai kinerjanya dan mengenai sebuah institusi yang mereka impikan ...
Akhirnya marilah kita berdoa, semoga ada campur tangan Tuhan di sini. Agar kita mampu bangkit, berjalan dan kemudian berlari ke depan memimpin perubahan. DJP ……. Maju ……. Pasti !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar